Selasa, 27 Januari 2015

Masalah Yang Sering Dialami Pasangan Muda

Kerikil Kecil Tak Cukup Tuk Hentikan Langkah Kata orang masa-masa bulan madu hanya akan bertahan tak lebih dari satu bulan setelah acara pernikahan. Karena setelah itu pasangan pengantin baru akan dihadapkan pada realita kehidupan berumah tangga yang pastinya penuh liku. Realita yang harusnya telah dipahami oleh setiap pasangan yang akan memutuskan untuk menikah. Pernikahan harusnya dipahami bukan hanya sekedar ritual menyatukan dua orang yang saling mencintai. Melainkan merupakan jejak awal dalam perjalanan kehidupan yang akan dilalui bersama. Permasalahan diyakini pasti akan terjadi sepanjang usia pernikahan. Permasalahan harus ditempatkan sebagai ujian yang memang harus dijalani bersama oleh pasangan suami istri. Selayaknya ujian di sekolah, jika berhasil melewati ujian itu mereka akan berada di tingkatan yang lebih tinggi dalam memahami sebuah pernikahan. Namun, jika tidak maka harus dipertanyakan kembali keberadaan keduanya dalam sebuah ikatan pernikahan. Bukan berarti pernikahan itu gagal, tetapi harus kembali direnungkan tentang tujuan awal pernikahan mereka. Dan bagi saya, segala hal yang berkaitan dengan menghadapi ujian-ujian dalam pernikahan tidak dimulai setelah malam resepsi pernikahan atau menunggu masa-masa bulan madu berakhir. Melainkan jauh sebelum saya dan suami memutuskan untuk menikah. Kami berusaha menyatukan visi tentang pernikahan yang kami inginkan. Dan membahas segala sesuatu berkaitan dengan rencana pernikahan, misal tentang jumlah anak, jaminan kesehatan dan pendidikan bagi anak dan anggota keluarga lainnya, kesepakatan tentang peranan masing-masing, dan lain sebagainya. Hingga pada saat kami benar-benar memasuki gerbang pernikahan. Kami berdua benar-benar yakin dengan apa yang telah kami rencanakan. Saya dan suami yakin kami pasti dapat melalui ujian sekecil apapun. Namun, manusia memang hanya bisa berencana namun Allah SWT yang akan memutuskan. Sesempurna apapun rencana yang telah kami susun masih tidak dapat membebaskan kami dari ujian. Masalah yang muncul di masa-masa awal pernikahan kami lebih banyak dikarenakan keegoisan masing-masing. Sama-sama masih muda yang memiliki emosi yang cenderung meledak-ledak. Masalah-masalah yang kami hadapi cenderung masalah-masalah yang sepele, semisal suami yang janji akan pulang untuk makan siang di rumah ternyata batal karena kesibukan. Atau tentang kebiasaan-kebiasaan yang baru kami ketahui satu sama lain setelah kami menikah. Karena kami sadari masa-masa awal pernikahan adalah saatnya untuk penyesuaian diri satu sama lain. Banyak hal yang harus dikompromikan. Meskipun di atas kertas kami sudah pernah mendiskusikan perihal kehidupan pernikahan tetap saja muncul kejutan-kejutan kecil yang baru kami tahu setelah menjalaninya. Kejutan yang terkadang menimbulkan konflik-konflik kecil dalam keseharian kami. Saya dan suami memahami semua permasalahan yang hadir di masa awal pernikahan kami adalah sebagai sebuah proses yang akan membentuk kami menjadi pasangan yang lebih solid nantinya. Paling tidak hingga kini, saya dan suami masih percaya visi yang kami pancangkan sebelum pernikahan kami dan segala permasalahan yang hadir selama pernikahan kami adalah sebuah proses yang harus dilalui berdua. Seberat apapun permasalahan yang nantinya akan kami lalui, selama kami masih memegang komitmen yang kami bangun berdua, semua tidak akan berat untuk dilalui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar