Seperti yang kami tuliskan sebelumnya bahwa tidak lama lagi rombongan dari LBK Batam/LBK Unrika akan berangkat menuju Universitas Negeri Padang ( UNP ) untuk belajar guna menambah keilmuan bimbingan dan konseling melalui Seminar Nasional, Workshop dan Observasi konseling individual dan konseling kelompok bersama peserta didik tingkat SMP dan SLTA se Sumatera Barat.
Perjalanan ini merupakan momen yang sangat penting bagi kami sebagai calon konselor professional dalam mengkaji, mengembangkan dan mengimplementasikan keilmuan bimbingan dan konseling dalam tataran praktis khususnya di sekolah-sekolah di batam dan umumnya kepada seluruh komponen masyarakat yang membutuhkan di seluruh Kepulauan Riau.
Sumatera Barat adalah salah satu kiblat terpenting diluar Jawa dalam bidang keilmuan bimbingan dan konseling yang menjadi pusat study dan praktikum khususnya di Univesitas Negeri Padang dan masyarakat Sumatera Barat pada umumnya.
Harapan kami sebagai konselor pemula, kita akan dapat belajar, mengasah, mengembangkan dan melakukan study banding sbagai bahan kajian dan development di LBK Unrika Batam agar dapat menmberikan sumbangsih dan kontribusi yang signifikan terhadap carut marutnya dunia pendidikan di Batam dan terhadap adanya dekadensi moral yang luar biasa terjadi di propinsi Kepulauan Riau.
Team yang akan berangkat ke padang nanti berjumlah sekitar empat atau lima orang. diantaranya adalah, Suharmanto W.P, Sarwiyanto Nugroho. W.S, Misrawati W.P, Raini W.M dan Komsiah, S.Fil. M.Si.
Rencananya akan berangkat pada tanggal 14 Januari' 2011 dengan menggunakan pesawat V.I.P dari bandara Hangnadim menuju Padang Kota.
Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan kemudahan, keberkahan dan kekuatan kepada team dalam menjalankan tugasnya sehingga mampu membawa oleh-oleh ilmu yang bermanfaat bukan saja kepada dirinya masing masing tetapi juga bermanfaat besar untuk kepentingan masyarakat luas.
Sebuah Lembaga Konseling yang lahir di Batam untuk membantu segala problematika yang terjadi baik pada usia dini, usia anak-anak, usia remaja maupun usia dewasa dengan Fungsi Utama pencegahan, perlindungan, pengembangan, dan memandirikan.
Minggu, 26 Desember 2010
Jumat, 12 November 2010
Konseling Batam/LBK Batam menuju Grand Cempaka Jakarta
Tinggal beberapa hari lagi Insya Alloh kaki ini akan segera menginjak kota Jakarta. Kota yang terkenal di dunia dengan segudang predikat, mulai dari kota macet, kota semprawut, kota terkotor dan lain2. Tetapi penulis kangen dan kangen sekali dengan kota ini. Banyak kenangan manis yang telah terukir dan bertengger dengan indahnya di sanubari hati yang paling dalam.
Terlepas dari rasa kangen yang mendalam dengan Jakarta, kali ini kami berdua sariyanto nugroho alis awi alias yanto dengan saudaraku suharmanto ingin menambah wawasan dan pencerahan mengenai Keilmuan Bimbingan dan Konseling dalam Acara Seminar Nasional yang dihelat oleh Himpunan Mahasiswa Bimbingan Konseling Indonesia, Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling dan Himpunan Sarjana Bimbingan dan Konseling Indonesia di Grang Cempaka Hotel. Kami ingin menambah dan mendalami bagaimana keilmuanya, proses kerjanya, pengembanganya, penerapanya dan bagaimana menyesuaikan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang sarat dengan segudang persoalan yg menyertainya karena di Batam dan Kepri belum ada Lembaga Bimbingan Konseling yang dikelola secara professional.
Begitu banyaknya persoalan2 yang kami jumpai dilapangan, rupanya telah mengilhami kami untuk terus menimba keilmuan Bimbingan dan Konseling untuk kemudian menerapkanya dibatam dalam membantu seluruh lapisan masyarakat baik dalam ruang lingkup pendidikan maupun sosial masyarakat.
Semoga perjalanan kami nanti diberikan kemudahan dan keberkahan oleh Alloh SWT sehingga maksud dan tujuan kami ke Jakarta ini mampu memberikan arti positif yang signifikan terhadap Masyarakat secara luas.
Terlepas dari rasa kangen yang mendalam dengan Jakarta, kali ini kami berdua sariyanto nugroho alis awi alias yanto dengan saudaraku suharmanto ingin menambah wawasan dan pencerahan mengenai Keilmuan Bimbingan dan Konseling dalam Acara Seminar Nasional yang dihelat oleh Himpunan Mahasiswa Bimbingan Konseling Indonesia, Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling dan Himpunan Sarjana Bimbingan dan Konseling Indonesia di Grang Cempaka Hotel. Kami ingin menambah dan mendalami bagaimana keilmuanya, proses kerjanya, pengembanganya, penerapanya dan bagaimana menyesuaikan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang sarat dengan segudang persoalan yg menyertainya karena di Batam dan Kepri belum ada Lembaga Bimbingan Konseling yang dikelola secara professional.
Begitu banyaknya persoalan2 yang kami jumpai dilapangan, rupanya telah mengilhami kami untuk terus menimba keilmuan Bimbingan dan Konseling untuk kemudian menerapkanya dibatam dalam membantu seluruh lapisan masyarakat baik dalam ruang lingkup pendidikan maupun sosial masyarakat.
Semoga perjalanan kami nanti diberikan kemudahan dan keberkahan oleh Alloh SWT sehingga maksud dan tujuan kami ke Jakarta ini mampu memberikan arti positif yang signifikan terhadap Masyarakat secara luas.
Label:
Konseling Sekolah Umum,
Konseling Sosial,
LBK
Kamis, 14 Oktober 2010
Konseling Batamku Unrika : dari LBK Batam ke Jakarta
Melakukan tugas belajar bagi seorang Mahasiswa memang sesuatu yang wajar dan lumrah namun apabila mahasiswa dapat melakukan sesuatu yang lebih dari itu, baru namanya luar biasa.
Kalimat diatas barangkali yang mendorong semangat dan motivasi Mahasiswa Unrika khususnya jurusan Bimbingan dan Konseling untuk berangkat menuju Jakarta mengikuti Seminar Nasional selama tiga hari guna mengasah dan meningkatkan kemampuan dalam proses Bimbingan dan Konseling dari yang sudah didapatkan di kampus Unrika Batam.
Ini bukanlah keberangkatan yang pertama bagi mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling Unrika belajar keluar kota karena sebelumnya juga sudah pernah ke Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI ) di Bandung. Sebuah Universitas Pendidikan yang sangat megah dan cukup bergengsi di Bandung. Bahkan tidak tanggung-tanggung. Mereka berangkat dari Batam menuju UPI Bandung berlima dan menggunakan uang pribadi.
Ini perlu mendapat perhatian dari semua pihak karena tanggungjawab belajar dan menyampaikan merupakan tugas semua komponen bangsa yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan dan demi kemajuan bangsa Indonesia. Para mahasiswa cukup mengerti dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh Unrika sehingga untuk mengcover beberapa kekurangan tersebut harus rajin dan ikhlas untuk selalu belajar keluar kota apalagi dalam waktu dekat ini Lembaga Bimbingan Konseling ( LBK )" Konseling Batamku " Unrika akan segera launching sekitar bulan November depan.
Saat ini pihak Rektorat cukup responsif terhadap keingingan ini dan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat membantu memenuhi perlengkapan yang dibutuhkan oleh LBK "Konseling Batamku" yang akan segera di operasikan tersebut.
Dalam kesempatan yang baik ini, Mahasiswa mohon perhatian dan bantuan dari semua pihak untuk dapat merealisasikan rencana tersebut sehingga LBK Unrika dapat memberikan sumbangsih keilmuan tentang Bimbingan dan Konseling terhadap para mahasisa yang membutuhkan bantuan dan layanan demi masa depannya yang lebih baik dan juga dapat membantu para siswa disekolah baik SD, SMP,SLTA maupun keluarga dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi.
Semoga mereka diberikan kekuatan lahir bathin sehingga mampu memberikan pencerahan dan bisa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap masyarakat Kepri khususnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan.
Kalimat diatas barangkali yang mendorong semangat dan motivasi Mahasiswa Unrika khususnya jurusan Bimbingan dan Konseling untuk berangkat menuju Jakarta mengikuti Seminar Nasional selama tiga hari guna mengasah dan meningkatkan kemampuan dalam proses Bimbingan dan Konseling dari yang sudah didapatkan di kampus Unrika Batam.
Ini bukanlah keberangkatan yang pertama bagi mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling Unrika belajar keluar kota karena sebelumnya juga sudah pernah ke Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI ) di Bandung. Sebuah Universitas Pendidikan yang sangat megah dan cukup bergengsi di Bandung. Bahkan tidak tanggung-tanggung. Mereka berangkat dari Batam menuju UPI Bandung berlima dan menggunakan uang pribadi.
Ini perlu mendapat perhatian dari semua pihak karena tanggungjawab belajar dan menyampaikan merupakan tugas semua komponen bangsa yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan dan demi kemajuan bangsa Indonesia. Para mahasiswa cukup mengerti dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh Unrika sehingga untuk mengcover beberapa kekurangan tersebut harus rajin dan ikhlas untuk selalu belajar keluar kota apalagi dalam waktu dekat ini Lembaga Bimbingan Konseling ( LBK )" Konseling Batamku " Unrika akan segera launching sekitar bulan November depan.
Saat ini pihak Rektorat cukup responsif terhadap keingingan ini dan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat membantu memenuhi perlengkapan yang dibutuhkan oleh LBK "Konseling Batamku" yang akan segera di operasikan tersebut.
Dalam kesempatan yang baik ini, Mahasiswa mohon perhatian dan bantuan dari semua pihak untuk dapat merealisasikan rencana tersebut sehingga LBK Unrika dapat memberikan sumbangsih keilmuan tentang Bimbingan dan Konseling terhadap para mahasisa yang membutuhkan bantuan dan layanan demi masa depannya yang lebih baik dan juga dapat membantu para siswa disekolah baik SD, SMP,SLTA maupun keluarga dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi.
Semoga mereka diberikan kekuatan lahir bathin sehingga mampu memberikan pencerahan dan bisa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap masyarakat Kepri khususnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan.
Minggu, 03 Oktober 2010
Tugas Konselor Menurut PP No. 74 Tahun 2008
A. Tugas Konselor
Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Jenis layanan adalah sebagai berikut:
1. Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/ madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
2. Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
3. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.
4. Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industri dan masyarakat.
5. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.
6. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
7. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
8. Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik
9. Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh:
1. Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun nontes.
2. Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia.
3. Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua atau keluarganya.
5. Tampilan kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.
6. Alih tangan kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.
Beban Kerja Minimum Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor
Beban kerja guru bimbingan dan konseling/konselor adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik dan paling banyak 250 (dua ratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk layanan tatap muka terjadwal di kelas untuk layanan klasikal dan/atau di luar kelas untuk layanan perorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan yang memerlukan. Sedangkan beban kerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah membimbing 40 (empat puluh) peserta didik dan guru yang diberi tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah/madrasah membimbing 80 (delapan puluh) peserta
B. Tugas Pengawas Bimbingan dan Konseling
Lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling untuk melaksanakan tugas pokok diatur sebagai berikut:
1. Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas bimbingan dan konseling terhadap 24 (dua puluh empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah guru yang dibina di satu atau beberapa sekolah pada jenjang pendidikan yang sama atau jenjang pendidikan yang berbeda.
2. Jumlah guru yang harus dibina untuk pengawas bimbingan dan konseling paling sedikit 40 (empat puluh) dan paling banyak 60 guru BK.
3. Uraian lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan Program Pengawasan Bimbingan dan Konseling
* Setiap pengawas baik secara berkelompok maupun secara perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan terdiri atas (1) program pengawasan tahunan, (2) program pengawasan semester, dan (3) rencana kepengawasan akademik (RKA).
* Program pengawasan tahunan pengawas disusun oleh kelompok pengawas di kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
* Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap pengawas pada setiap sekolah tempat guru binaannya berada. Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
* Rencana Kepengawasan Bimbingan dan Konseling (RKBK) merupakan penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKBK ini diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu.
* Program tahunan, program semester, dan RKBK sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan instrumen pengawasan.
b. Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian
* Kegiatan supervisi bimbingan dan konseling meliputi pembinaan dan pemantauan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas dengan guru binaanya,
* Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembimbingan.
* Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian kegiatan dan jadwal yang tercantum dalam RKBK yang telah disusun.
c. Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
* Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah binaan,
* Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan program yang telah direncanakan,
* Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan dilakukan oleh setiap pengawas sekolah dengan segera setelah melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.
d. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK.
* Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok di Musyawarah Guru Pembimbing (MGP).
* Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi yang akan ditingkatkan.
* Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara¬-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembimbingan. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK ini dapat dilakukan melalui workshop, seminar, observasi, individual dan group conference.
Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Jenis layanan adalah sebagai berikut:
1. Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/ madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
2. Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
3. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.
4. Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industri dan masyarakat.
5. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.
6. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
7. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
8. Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik
9. Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh:
1. Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun nontes.
2. Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia.
3. Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua atau keluarganya.
5. Tampilan kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.
6. Alih tangan kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.
Beban Kerja Minimum Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor
Beban kerja guru bimbingan dan konseling/konselor adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik dan paling banyak 250 (dua ratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk layanan tatap muka terjadwal di kelas untuk layanan klasikal dan/atau di luar kelas untuk layanan perorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan yang memerlukan. Sedangkan beban kerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah membimbing 40 (empat puluh) peserta didik dan guru yang diberi tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah/madrasah membimbing 80 (delapan puluh) peserta
B. Tugas Pengawas Bimbingan dan Konseling
Lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling untuk melaksanakan tugas pokok diatur sebagai berikut:
1. Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas bimbingan dan konseling terhadap 24 (dua puluh empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah guru yang dibina di satu atau beberapa sekolah pada jenjang pendidikan yang sama atau jenjang pendidikan yang berbeda.
2. Jumlah guru yang harus dibina untuk pengawas bimbingan dan konseling paling sedikit 40 (empat puluh) dan paling banyak 60 guru BK.
3. Uraian lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan Program Pengawasan Bimbingan dan Konseling
* Setiap pengawas baik secara berkelompok maupun secara perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan terdiri atas (1) program pengawasan tahunan, (2) program pengawasan semester, dan (3) rencana kepengawasan akademik (RKA).
* Program pengawasan tahunan pengawas disusun oleh kelompok pengawas di kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
* Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap pengawas pada setiap sekolah tempat guru binaannya berada. Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
* Rencana Kepengawasan Bimbingan dan Konseling (RKBK) merupakan penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKBK ini diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu.
* Program tahunan, program semester, dan RKBK sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan instrumen pengawasan.
b. Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian
* Kegiatan supervisi bimbingan dan konseling meliputi pembinaan dan pemantauan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas dengan guru binaanya,
* Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembimbingan.
* Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian kegiatan dan jadwal yang tercantum dalam RKBK yang telah disusun.
c. Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
* Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah binaan,
* Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan program yang telah direncanakan,
* Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan dilakukan oleh setiap pengawas sekolah dengan segera setelah melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.
d. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK.
* Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok di Musyawarah Guru Pembimbing (MGP).
* Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi yang akan ditingkatkan.
* Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara¬-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembimbingan. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK ini dapat dilakukan melalui workshop, seminar, observasi, individual dan group conference.
Bagaimana Menciptakan Suasana Belajar yang nyaman di kelas
Banyak sekali problematika yang dihadapai oleh pihak sekolah dan murid-murid untuk dapat belajar secara lebih efektif dan efisien. Dan ternyata situasi yang tidak kondusif tersebut justru disebabkan atau ditimbulkan oleh lemahnya pemahaman dan pengetahuan dari para pendidik di sekolah tentang bagaimana cara menciptakan situasi yang nyaman dalam proses pembelajaran di Sekolah.
Melihat dari situasi diatas memang tidak bisa kita menyalahkan para guru, kepala sekolah maupun murid-murid itu sendiri. Pemerintah juga punya peran penting terhadap situasi yang memang masih banyak sekali kita jumpai di institusi pendidikan di negara kita khususnya di Batam.
Salah satunya adalah para guru dan pendidik yang ditugaskan dalam proses pembelajaran tidak memiliki kompetensi terhadap mata pelajaran yang diajarkanya sehingga tidak mampu menyuguhkan materi secara jelas, apalagi ditambah dengan metode penyampaian yang tidak menarik maka lengkaplah situasi pembelajaran yang bukan saja tidak efektif bahkan akan cenderung membosankan dan membuat murid-murid menjadi malas belajar dikelas.
Untuk mengatasi kesulitan2 tersebut diatas memang tidak semudah mengucapkannya namun bukan berarti tidak bisa menciptakan situasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk mencapai situasi pembelajaran seperti yang dimaksud diatas, antara lain adalah :
1. Guru atau Pendidik harus memiliki kompetensi terhadap disiplin ilmu yang diajarkan kepada murid-muridnya.
2. Guru harus menguasai materi yang akan diajarkannya.
3. Guru harus memiliki berbagai strategi dan media yang menyenangkan.
4. Guru memiliki parameter yang jelas dalam mengevaluasi tingkat pemahaman murid-muridnya.
5. Murid-murid harus di kondisikan agar mentalnya siap untuk belajar.
6. Murid-murid harus di kondisikan agar selalu ceria dalam proses pembelajaran.
7. Menggunakan media pembelajaran yang disepakati bersama antara guru dan murid.
8. Menciptakan suasa pembelajaran yang menyenangkan atas kesepakan dengan murid-muridnya.
9. Selalu membangun komunikasi yang indah antara pendidik dan peserta didik.
Melihat dari situasi diatas memang tidak bisa kita menyalahkan para guru, kepala sekolah maupun murid-murid itu sendiri. Pemerintah juga punya peran penting terhadap situasi yang memang masih banyak sekali kita jumpai di institusi pendidikan di negara kita khususnya di Batam.
Salah satunya adalah para guru dan pendidik yang ditugaskan dalam proses pembelajaran tidak memiliki kompetensi terhadap mata pelajaran yang diajarkanya sehingga tidak mampu menyuguhkan materi secara jelas, apalagi ditambah dengan metode penyampaian yang tidak menarik maka lengkaplah situasi pembelajaran yang bukan saja tidak efektif bahkan akan cenderung membosankan dan membuat murid-murid menjadi malas belajar dikelas.
Untuk mengatasi kesulitan2 tersebut diatas memang tidak semudah mengucapkannya namun bukan berarti tidak bisa menciptakan situasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk mencapai situasi pembelajaran seperti yang dimaksud diatas, antara lain adalah :
1. Guru atau Pendidik harus memiliki kompetensi terhadap disiplin ilmu yang diajarkan kepada murid-muridnya.
2. Guru harus menguasai materi yang akan diajarkannya.
3. Guru harus memiliki berbagai strategi dan media yang menyenangkan.
4. Guru memiliki parameter yang jelas dalam mengevaluasi tingkat pemahaman murid-muridnya.
5. Murid-murid harus di kondisikan agar mentalnya siap untuk belajar.
6. Murid-murid harus di kondisikan agar selalu ceria dalam proses pembelajaran.
7. Menggunakan media pembelajaran yang disepakati bersama antara guru dan murid.
8. Menciptakan suasa pembelajaran yang menyenangkan atas kesepakan dengan murid-muridnya.
9. Selalu membangun komunikasi yang indah antara pendidik dan peserta didik.
Cara Belajar Anak Menjadi Mudah
Pendahuluan
Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang harus menangani anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Anak-anak yang sepertinya sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta berhitung. Hal ini terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini. Demikian juga para orang tua yang memiliki anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar. Harapan agar anak mereka menjadi anak yang pandai, mendapatkan nilai yang baik di sekolah menambah kesedihan mereka ketika melihat kenyataan bahwa anak-anak mereka kesulitan dalam belajar.
Akan tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang diterima anak yang mengalami kesulitan belajar dari orang tua dan guru yang tidak mengetahui masalah yang sebenarnya, sehingga mereka memberikan cap kepada anak mereka sebagai anak yang bodoh, tolol, ataupun gagal.
Fenomena ini kemudian menjadi perhatian para ilmuan yang tertarik dengan masalah kesulitan belajar. Keuntungannya ialah, mereka mencoba menemukan metode-metode yang dapat digunakan untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar tersebut tetap dapat belajar dan mencapai apa yang diharapkan guru dan orang tua.
Dalam tulisan ini, kita akan mendapati apa sebenarnya yang dimaksud masalah kesulitan belajar, factor apa yang menjadi penyebabnya, serta metode yang dapat digunakan untuk membantu anak yang mengalami masalah kesulitan belajar.
Definisi Kesulitan Belajar
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. “dalam keadaan di mana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang tingi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.
Jenis Kesulitan Belajar
Jenis kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut :
Dilihat dari jenis kesulitan belajar :
ada yang berat
ada yang sedang
Dilihat dari bidang studi yang dipelajari :
ada yang sebagian bidang studi yang dipelajari, dan
ada yang keseluruhan bidang studi.
Dilihat dari sifat kesulitannya :
ada yang sifatnya permanen / menetap, dan
ada yang sifatnya hanya sementara
Dilihat dari segi factor penyebabnya :
ada yang Karena factor intelligensi, dan
ada yang karena factor bukan intelligensi
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai factor. Untuk memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :
A. Faktor intern (factor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi:
1). Faktor fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
2). Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.
B. Factor ekstern (factor dari luar anak) meliputi ;
1). Faktor-faktor sosial
Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
2). Faktor-faktor non- sosial
Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah factor guru di sekolah, kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.
Mengatasi Kesulitan Belajar
Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan, utama, urutan peristiwa, atau topik sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya. Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunti-bunyi bahasa (fonem) merupakan dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya. Istilah lain yang sering dipergunakan untuk menyebutkan keterlambatan membaca adalah disleksia. Istilah ini sebenarnya merupakan nama bagi salh satu jenis keterlambatan membaca saja. Semasa awal kanak-kanak, seorang anak yang menderita disleksia mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa lisan. Selanjutnya ketika tiba masanya untuk sekolah,anak ini mengalami kesulitan dalam mengenali dan mengeja kata-kata, sehingga pada akhirnya mereka mengalami masalah dalam memahami maknanya.
Disleksia mempengaruhi 5 hingga 10 persen dari semua anak yang ada. Kondisi ini pertama kali diketahui pada abad ke sembilan belas, dimana ketika itu disebut dengan buta huruf (word blindness). Beberapa peneliti menemukan bahwa disleksia cenderung mempengaruhi anak laki-laki lebih besar disbanding anak perempuan. Tanda-tanda disleksia tidak sulit dikenali, bila seorang guru dan orangtua cermat mengamatinya. Sebagai contoh, bila anda menunjukkan sebuah buku yang asing pada seorang anak penderita disleksia, ia mungkin akan mengarang –ngarang cerita berdasarkan gambar yang ia lihat tanpa berdasarkan tulisan isi buku tersebut. Bila anda meminta anak tersebut untuk berfokus pada kata-kata dibuku itu, ia mungkin berusaha untuk mengalihkan permintaan tersebut.. Ketika anda menyuruh anak tersebut untuk memperhatikan kata-kata, maka kesulitan mebaca pada anak tersebut akan terlihat jelas. beberapa kesulitan bagi anak-anak penderita disleksia adalah sebagai berikut :
Membaca dengan sangat lambat dan dengan enggan
Menyusuri teks pada halaman buku dengan menggunakan jari telunjuk.
Mengabaikan suku kata, kata-kata, frase, atau bahkan baris teks.
Menambahkan kata-kata atau frase yang tidak ada dalam teks.
Membalik urutan huruf atau suku kata dalam sebuah kata
Salah dalam melafalkan kata-kata, termasuk kata-kata yang sudah dikenal
Mengganti satu kata dengan kata lain, meskipun kata yang digantikan tidak mempunyai arti dalam konteksnya.
Menyusun kata-kata yang tidak mempunyai arti.
Mengabaikan tanda baca.
Kiat Mengatasi Problem Dysleksia
Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu anak-anak penderita dysleksia belajar membaca dengan mengajar mereka membaca dengan metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari phonic di sekolah bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih phonic di rumah bersama orang tua mereka.
Metode phonic ini telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan anak dalam membaca (Gittelment & Feingold, 1983). Metode phonic ini merupakan metode yang digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami problem dysleksia agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut. Metode ini dapat ssudah dikemas dalam bentuk yang beraneka ragam, baik buku, maupun software.
Bagi anda orang tua, berikut ini merupakan ide-ide yang dapat membantu anak anda dengan phonic dan membaca:
Cobalah untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca.
Tundalah sesi jika anak terlalu lelah, lapar, atau mudah marah hingga dapat memusatkan perhatian.
Jangan melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan pada saat pertama;mulailah dengan sepuluh atau lima belas menit sehari.
Tentukan tujuan yang dapat dicapai : satu hari sebanyak satu halaman dari buku phonics atau buku bacaan mungkin cukup pada saat pertama.
Bersikaplah positif dan pujilah anak anda ketika dia membaca dengan benar. Ketika dia membuat kesalahan, bersabarlah dan bantu untuk membenarkan kesalahan. Jika dia ragu-ragu, berikan waktu sebelum anda terburu-buru memberi bantuan.
Ketika anda membaca cerita bersama-sama, pastikan bahwa anak tidak hanya melafalkan kata-kata, tetapi merasakannya juga. Tanyakan pendapatnya tentang cerita atau karakter-karakter dalam cerita tersebut.
Mulailah dengan membaca beberapa halaman pertama atau paragraph dari cerita dengan suara keras untuk memancing anak. Kemudian mintalah anak membaca terusan ceritanya untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
Variasikan aktivitas dengan meluangkan beberapa sesi untuk melakukan permaianan kata-kata sebagai ganti aktivitas membaca, atau mintalah anak untuk mengarang sebuah cerita, tulislah cerita tersebut, dan mintalah ia untuk membaca kembali tulisan tersebut.
Jangan membuat sesi ini sebagai pengganti kegiatan membaca dengan suara keras pada anak anda. Jik anda selalu membacakan cerita waktu tidur, pertahankanlah itu. Ini akan sangat membantunya mengenal buku dengan punuh kegembiraan.
Berikan hadiah padanya ketika dia melakukan sesuatu dengan sangat baik atau ketika anda melihat perubahan yang nyata pada nilai-nilainya di sekolah.
Problem Kesulitan Menulis (Dysgraphia)
Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat seorang ahli ilmu kesehatan yang bernama Stephen yang tidka pernah menulis apapun di atas kertas. Ia menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable) untuk segala sesuatu laporan pasien, catatan singkat. Kemudian diketahui bahwa Stephen memang tidak dapat menulis secara jelas. seberapapun ia mencoba dengan keras ia tidak dapat menulis apapun dengan jelas, sehingga dia dan orang lain tidak dapat membaca tulisan tangannya.
Apa yang dialami Stephen merupakan problem kesulitan menukis (disgraphya). Tentunya disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan yang jelek biasanya tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam waktu yang relatif sama dengan yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menulis.
Dalam menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas, keterampilan motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak untuk mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk menghasilkan tulisan. Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin dilakukan.
Kiat Mengatasi Problem Dysgrapia
Untuk mengatasi problem dysgraphia ini, sangatlah baik apabila kita belajar dari sebuah kasus anak yang mengalami dysgraphia. Problem dysgraphia muncul pada Stephen saat sekolah dasar, ia memiliki nilai yang bagus pada masa-masa awal, akan tetapi kemudian nilainya jatuh dan akhirnya guru Stephen di kelas V memanggilnya, dan juga memanggil orang tuanya. Guru tersebut meminta orang tua Stephen untuk mengajari Stephen mengetik pada mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable). Hasilnya nilai dan prestasi Stephen meningkat secara tajam.
Sebagian ahli merasa bahwa pendekatan yang terbai untuk dysgraphia adalah dengan jalan mengambil jalan pintas atas problem tersebut, yaitu dengan menggunakan teknologi untuk memberikan kesmepatan pada anak mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus bersusah payah menulis dengan tangannya.
Ada dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan : pertama untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan menulis catatan) dan kedua untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata pelajaran (tes-tes menulis).
Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat:
Meminta fotokopi dari catatan-catatan guru atau meminta ijin untuk mengkopi catatn anak lain yang memiliki tulisan tangan yang bagus ; mereka dapat mengandalkan teman tersebut danmengandalkan buku teks untuk belajar.
Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat catatan di rumah dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran
Sebagai ganti menulis jawaban tes dengan tangan, mereka dapat :
Melakukan tes secara lisan
Mengerjakan tes dengan pilihan ganda.
Mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take – home test) atau tes dalam kelas dengan cara menegtik.
Bila strategi-strategi di atas tidak mungkin dilakukan Karena beberapa alasan, maka anak-anak penderita dysgraphia harus diijinkan untuk mendapatkan waktu tambahan untuk tes-tes dan ujian tertulis.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini memberikan perbedaan yang segera tampak pada anak. Dari pada mereka harus bersusah payah mengusaia suatu keterampilan yang sangat sulit bagi mereka, dan nantinya mungkin akan jarang butuhkan ketika beranjak dewasa, mereka dapat berkonsentrasi untuk mempelajari keterampilan lain, dan dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik berkenaan dengan sekolah dan diri mereka sendiri. tidka ada alasan untuk menyangkal kesempatan bagi seorang anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. selain itu, karena pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak, maka tidak sepadan resiko membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan menjadi putus asa karena pekerjaan sekolah.
Problem Kesulitan Menghitung (Dyscalculia)
Berhitung merupakan kemampuan yang digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik ketika membeli sesuatu, membayar rekening listrik, dan lain sebagainya. Tidak diragukan lagi bahwa berhitung merupakan pekerjaan yang kompleks yang di dalamnya melibatkan :
membaca, menulis, dan keterampilan bahasa lainnya.
kemampuan untuk membedakan ukuran-ukuran dan kuantitas relatif dan obyektif.
kemampuan untuk mengenali urutan, pola, dan kelompok.
ingatan jangka pendek untuk meningat elemen-elemen dari sebuah soal matematika saat mengerjakan persamaan.
kemampuan membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau system angka yang tidk menggunkan basis sepuluh.
Meskipun banyak masalah yang mungkin turut mempengaruhi kemampuan untuk memahami, dan mencapai keberhaislan dalam pelajaran matematika. Istilah ‘dyscalculia’, biasanya mengacu pada pada suatu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah pada kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang bodoh dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemampuan menghitungnya. Untuk lebih jelas mengenai gambaran anak yang mengalami problem dyscalculia, perhatikanlah contoh kasus berikut.
Seorang anak bersama Jesica (sepuluh tahun, duduk di kelas V) didapati mengalami masalah dengan mata pelajaran matematika. Nilai matematika yang Jessica dapat selalu rendah, walaupun pada mata pelajaran lain, nilainya baik. Lalu seorang guru memanggilnya, dan memberinya lembar kertas dan pensil dan memintanya menyelesaikan soal berikut :Jones seorang petani memiliki 25 pohon apel dan tiap pohon menghasilkan 50 kilogram apel pertahun, berapa kilogram apel yang dihaislkan Jones tiap tahun?. Ia berusaha keras menemukan jawabannya tetapi tetap tidak bisa. Ketika guru bertanya bagaimana cara menyelesaikan, ia menjawab, ia harus mengalikan 25 dengan 50, akan tetapi ia tidak dapat menghitungnya. Kemudian guru memberinya kalkulator, dan kemudian ia dapat menghitungnya. Inilah gambaran seorang anak yang mengalami problem “dyscalculia”.
Kiat Mengatasi Anak Dengan Dyscalculia
Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan yang mungkin : kita dapat menawarkan beberapa bentuk penganganan matematika yang intensif, atau dengan mengambil jalan pintas.
Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem dyscalculia tersebut.
Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, sebagaimana Jessica diberikan kalkulator untuk menghitung, maka anak dengan problem dyscalculia ini juga dapat diberikan calculator untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidka memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang harus menangani anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Anak-anak yang sepertinya sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta berhitung. Hal ini terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini. Demikian juga para orang tua yang memiliki anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar. Harapan agar anak mereka menjadi anak yang pandai, mendapatkan nilai yang baik di sekolah menambah kesedihan mereka ketika melihat kenyataan bahwa anak-anak mereka kesulitan dalam belajar.
Akan tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang diterima anak yang mengalami kesulitan belajar dari orang tua dan guru yang tidak mengetahui masalah yang sebenarnya, sehingga mereka memberikan cap kepada anak mereka sebagai anak yang bodoh, tolol, ataupun gagal.
Fenomena ini kemudian menjadi perhatian para ilmuan yang tertarik dengan masalah kesulitan belajar. Keuntungannya ialah, mereka mencoba menemukan metode-metode yang dapat digunakan untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar tersebut tetap dapat belajar dan mencapai apa yang diharapkan guru dan orang tua.
Dalam tulisan ini, kita akan mendapati apa sebenarnya yang dimaksud masalah kesulitan belajar, factor apa yang menjadi penyebabnya, serta metode yang dapat digunakan untuk membantu anak yang mengalami masalah kesulitan belajar.
Definisi Kesulitan Belajar
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. “dalam keadaan di mana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang tingi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.
Jenis Kesulitan Belajar
Jenis kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut :
Dilihat dari jenis kesulitan belajar :
ada yang berat
ada yang sedang
Dilihat dari bidang studi yang dipelajari :
ada yang sebagian bidang studi yang dipelajari, dan
ada yang keseluruhan bidang studi.
Dilihat dari sifat kesulitannya :
ada yang sifatnya permanen / menetap, dan
ada yang sifatnya hanya sementara
Dilihat dari segi factor penyebabnya :
ada yang Karena factor intelligensi, dan
ada yang karena factor bukan intelligensi
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai factor. Untuk memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :
A. Faktor intern (factor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi:
1). Faktor fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
2). Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.
B. Factor ekstern (factor dari luar anak) meliputi ;
1). Faktor-faktor sosial
Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
2). Faktor-faktor non- sosial
Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah factor guru di sekolah, kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.
Mengatasi Kesulitan Belajar
Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan, utama, urutan peristiwa, atau topik sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya. Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunti-bunyi bahasa (fonem) merupakan dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya. Istilah lain yang sering dipergunakan untuk menyebutkan keterlambatan membaca adalah disleksia. Istilah ini sebenarnya merupakan nama bagi salh satu jenis keterlambatan membaca saja. Semasa awal kanak-kanak, seorang anak yang menderita disleksia mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa lisan. Selanjutnya ketika tiba masanya untuk sekolah,anak ini mengalami kesulitan dalam mengenali dan mengeja kata-kata, sehingga pada akhirnya mereka mengalami masalah dalam memahami maknanya.
Disleksia mempengaruhi 5 hingga 10 persen dari semua anak yang ada. Kondisi ini pertama kali diketahui pada abad ke sembilan belas, dimana ketika itu disebut dengan buta huruf (word blindness). Beberapa peneliti menemukan bahwa disleksia cenderung mempengaruhi anak laki-laki lebih besar disbanding anak perempuan. Tanda-tanda disleksia tidak sulit dikenali, bila seorang guru dan orangtua cermat mengamatinya. Sebagai contoh, bila anda menunjukkan sebuah buku yang asing pada seorang anak penderita disleksia, ia mungkin akan mengarang –ngarang cerita berdasarkan gambar yang ia lihat tanpa berdasarkan tulisan isi buku tersebut. Bila anda meminta anak tersebut untuk berfokus pada kata-kata dibuku itu, ia mungkin berusaha untuk mengalihkan permintaan tersebut.. Ketika anda menyuruh anak tersebut untuk memperhatikan kata-kata, maka kesulitan mebaca pada anak tersebut akan terlihat jelas. beberapa kesulitan bagi anak-anak penderita disleksia adalah sebagai berikut :
Membaca dengan sangat lambat dan dengan enggan
Menyusuri teks pada halaman buku dengan menggunakan jari telunjuk.
Mengabaikan suku kata, kata-kata, frase, atau bahkan baris teks.
Menambahkan kata-kata atau frase yang tidak ada dalam teks.
Membalik urutan huruf atau suku kata dalam sebuah kata
Salah dalam melafalkan kata-kata, termasuk kata-kata yang sudah dikenal
Mengganti satu kata dengan kata lain, meskipun kata yang digantikan tidak mempunyai arti dalam konteksnya.
Menyusun kata-kata yang tidak mempunyai arti.
Mengabaikan tanda baca.
Kiat Mengatasi Problem Dysleksia
Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu anak-anak penderita dysleksia belajar membaca dengan mengajar mereka membaca dengan metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari phonic di sekolah bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih phonic di rumah bersama orang tua mereka.
Metode phonic ini telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan anak dalam membaca (Gittelment & Feingold, 1983). Metode phonic ini merupakan metode yang digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami problem dysleksia agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut. Metode ini dapat ssudah dikemas dalam bentuk yang beraneka ragam, baik buku, maupun software.
Bagi anda orang tua, berikut ini merupakan ide-ide yang dapat membantu anak anda dengan phonic dan membaca:
Cobalah untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca.
Tundalah sesi jika anak terlalu lelah, lapar, atau mudah marah hingga dapat memusatkan perhatian.
Jangan melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan pada saat pertama;mulailah dengan sepuluh atau lima belas menit sehari.
Tentukan tujuan yang dapat dicapai : satu hari sebanyak satu halaman dari buku phonics atau buku bacaan mungkin cukup pada saat pertama.
Bersikaplah positif dan pujilah anak anda ketika dia membaca dengan benar. Ketika dia membuat kesalahan, bersabarlah dan bantu untuk membenarkan kesalahan. Jika dia ragu-ragu, berikan waktu sebelum anda terburu-buru memberi bantuan.
Ketika anda membaca cerita bersama-sama, pastikan bahwa anak tidak hanya melafalkan kata-kata, tetapi merasakannya juga. Tanyakan pendapatnya tentang cerita atau karakter-karakter dalam cerita tersebut.
Mulailah dengan membaca beberapa halaman pertama atau paragraph dari cerita dengan suara keras untuk memancing anak. Kemudian mintalah anak membaca terusan ceritanya untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
Variasikan aktivitas dengan meluangkan beberapa sesi untuk melakukan permaianan kata-kata sebagai ganti aktivitas membaca, atau mintalah anak untuk mengarang sebuah cerita, tulislah cerita tersebut, dan mintalah ia untuk membaca kembali tulisan tersebut.
Jangan membuat sesi ini sebagai pengganti kegiatan membaca dengan suara keras pada anak anda. Jik anda selalu membacakan cerita waktu tidur, pertahankanlah itu. Ini akan sangat membantunya mengenal buku dengan punuh kegembiraan.
Berikan hadiah padanya ketika dia melakukan sesuatu dengan sangat baik atau ketika anda melihat perubahan yang nyata pada nilai-nilainya di sekolah.
Problem Kesulitan Menulis (Dysgraphia)
Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat seorang ahli ilmu kesehatan yang bernama Stephen yang tidka pernah menulis apapun di atas kertas. Ia menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable) untuk segala sesuatu laporan pasien, catatan singkat. Kemudian diketahui bahwa Stephen memang tidak dapat menulis secara jelas. seberapapun ia mencoba dengan keras ia tidak dapat menulis apapun dengan jelas, sehingga dia dan orang lain tidak dapat membaca tulisan tangannya.
Apa yang dialami Stephen merupakan problem kesulitan menukis (disgraphya). Tentunya disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan yang jelek biasanya tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam waktu yang relatif sama dengan yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menulis.
Dalam menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas, keterampilan motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak untuk mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk menghasilkan tulisan. Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin dilakukan.
Kiat Mengatasi Problem Dysgrapia
Untuk mengatasi problem dysgraphia ini, sangatlah baik apabila kita belajar dari sebuah kasus anak yang mengalami dysgraphia. Problem dysgraphia muncul pada Stephen saat sekolah dasar, ia memiliki nilai yang bagus pada masa-masa awal, akan tetapi kemudian nilainya jatuh dan akhirnya guru Stephen di kelas V memanggilnya, dan juga memanggil orang tuanya. Guru tersebut meminta orang tua Stephen untuk mengajari Stephen mengetik pada mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable). Hasilnya nilai dan prestasi Stephen meningkat secara tajam.
Sebagian ahli merasa bahwa pendekatan yang terbai untuk dysgraphia adalah dengan jalan mengambil jalan pintas atas problem tersebut, yaitu dengan menggunakan teknologi untuk memberikan kesmepatan pada anak mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus bersusah payah menulis dengan tangannya.
Ada dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan : pertama untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan menulis catatan) dan kedua untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata pelajaran (tes-tes menulis).
Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat:
Meminta fotokopi dari catatan-catatan guru atau meminta ijin untuk mengkopi catatn anak lain yang memiliki tulisan tangan yang bagus ; mereka dapat mengandalkan teman tersebut danmengandalkan buku teks untuk belajar.
Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat catatan di rumah dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran
Sebagai ganti menulis jawaban tes dengan tangan, mereka dapat :
Melakukan tes secara lisan
Mengerjakan tes dengan pilihan ganda.
Mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take – home test) atau tes dalam kelas dengan cara menegtik.
Bila strategi-strategi di atas tidak mungkin dilakukan Karena beberapa alasan, maka anak-anak penderita dysgraphia harus diijinkan untuk mendapatkan waktu tambahan untuk tes-tes dan ujian tertulis.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini memberikan perbedaan yang segera tampak pada anak. Dari pada mereka harus bersusah payah mengusaia suatu keterampilan yang sangat sulit bagi mereka, dan nantinya mungkin akan jarang butuhkan ketika beranjak dewasa, mereka dapat berkonsentrasi untuk mempelajari keterampilan lain, dan dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik berkenaan dengan sekolah dan diri mereka sendiri. tidka ada alasan untuk menyangkal kesempatan bagi seorang anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. selain itu, karena pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak, maka tidak sepadan resiko membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan menjadi putus asa karena pekerjaan sekolah.
Problem Kesulitan Menghitung (Dyscalculia)
Berhitung merupakan kemampuan yang digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik ketika membeli sesuatu, membayar rekening listrik, dan lain sebagainya. Tidak diragukan lagi bahwa berhitung merupakan pekerjaan yang kompleks yang di dalamnya melibatkan :
membaca, menulis, dan keterampilan bahasa lainnya.
kemampuan untuk membedakan ukuran-ukuran dan kuantitas relatif dan obyektif.
kemampuan untuk mengenali urutan, pola, dan kelompok.
ingatan jangka pendek untuk meningat elemen-elemen dari sebuah soal matematika saat mengerjakan persamaan.
kemampuan membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau system angka yang tidk menggunkan basis sepuluh.
Meskipun banyak masalah yang mungkin turut mempengaruhi kemampuan untuk memahami, dan mencapai keberhaislan dalam pelajaran matematika. Istilah ‘dyscalculia’, biasanya mengacu pada pada suatu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah pada kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang bodoh dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemampuan menghitungnya. Untuk lebih jelas mengenai gambaran anak yang mengalami problem dyscalculia, perhatikanlah contoh kasus berikut.
Seorang anak bersama Jesica (sepuluh tahun, duduk di kelas V) didapati mengalami masalah dengan mata pelajaran matematika. Nilai matematika yang Jessica dapat selalu rendah, walaupun pada mata pelajaran lain, nilainya baik. Lalu seorang guru memanggilnya, dan memberinya lembar kertas dan pensil dan memintanya menyelesaikan soal berikut :Jones seorang petani memiliki 25 pohon apel dan tiap pohon menghasilkan 50 kilogram apel pertahun, berapa kilogram apel yang dihaislkan Jones tiap tahun?. Ia berusaha keras menemukan jawabannya tetapi tetap tidak bisa. Ketika guru bertanya bagaimana cara menyelesaikan, ia menjawab, ia harus mengalikan 25 dengan 50, akan tetapi ia tidak dapat menghitungnya. Kemudian guru memberinya kalkulator, dan kemudian ia dapat menghitungnya. Inilah gambaran seorang anak yang mengalami problem “dyscalculia”.
Kiat Mengatasi Anak Dengan Dyscalculia
Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan yang mungkin : kita dapat menawarkan beberapa bentuk penganganan matematika yang intensif, atau dengan mengambil jalan pintas.
Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem dyscalculia tersebut.
Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, sebagaimana Jessica diberikan kalkulator untuk menghitung, maka anak dengan problem dyscalculia ini juga dapat diberikan calculator untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidka memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
26 Khasiat Jeruk Nipis
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) telah dikenal sejak lama sebagai tanaman yang kaya manfaat. Buahnya berasa pahit, asam dan sedikit dingin, tetapi manfaatnya sangatlah beragam.
Menurut Dr. Setiawan Dalimartha, anggota SP3T (Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional) DKI Jakarta, air buah jeruk nipis dapat digunakan sebagai penyedap masakan, minuman, penyegar, bahan pembuat asam sitrat, serta membersihkan karat pada logam dan kulit yang kotor. Bisa juga sebagai campuran jamu.
Sebagai herbal alami, jeruk nipis berkhasiat untuk menghilangkan sumbatan vital energi, obat batuk, peluruh dahak (mukolitik), peluruh kencing (diuretik) dan keringat, serta membantu proses pencernaan.
Jeruk nipis mengandung minyak terbang limonene dan linalool, juga flavonoid, seperti poncirin, hesperidine, rhoifolin dan naringin. Kandungan buahnya yang masak adalah synephrine dan N-methyltyramine, selain asam sitrat, kalsium, fosfor, besi dan vitamin A, B1, dan C. Asam sitratnya mampu mencegah kekambuhan pada pasien pasca operasi batu ginjal.
Hj. Sarah Kriswanti, herbalis yang tinggal di Bandung, dan Dr. Setiawan Dalimartha dari Hiptri (Himpunan Pengobatan Tradisional dan Akupuntur Indonesia), memberikan tip bagaimana memanfaatkan jeruk nipis sebagai herbal yang membantu penyembuhan penyakit.
1. Ambeien
Sebanyak 10 gr akar pohon jeruk nipis dicuci bersih, lalu direbus dengan air 1 liter selama 1/2 jam, lalu saring. Diminum hangat-hangat 3 kali sehari.
2. Amandel
Kulit 3 jeruk nipis dicuci, dipotong-potong, lalu direbus dengan 2 gelas air hingga airnya tersisa 3/4, saring. Air tersebut dipakai untuk berkumur-kumur. Lakukan 3-4 kali sehari.
3. Anyang-anyangan
Dua jeruk nipis dicuci, diperas lalu diberi gula batu secukupnya dan 1 gelas air panas. Aduk hangat-hangat, minum sekaligus sehari sekali.
4. Batuk
Satu jeruk nipis dicuci, diperas, dicampur dengan 1 _ sendok makan madu dan sedikit garam, aduk hingga rata lalu disaring. Diminum 2-3 kali sehari. Atau perasan jeruk nipis ditambah sepotong gula batu lalu diaduk hingga rata, diminum 1 kali sehari sampai sembuh.
5. Batuk Disertai Influenza
Potong sebuah jeruk nipis masak dan mengandung air yang cukup banyak, lalu peras. Seduh air perasannya dengan 60 cc air panas. Tambahkan 1/2 sendok teh air kapur sirih sambil diaduk rata. Minum ramuan ini 2 kali sehari 2 sendok makan.
6. Bau Badan
Cara 1:
Potong jeruk nipis yang cukup besar menjadi 2 bagian, olesi bagian irisan dengan kapur sirih tipis-tipis. Oleskan ke ketiak setelah mandi. Biarkan selama 5 menit lalu dibilas, lalukan tiap pagi dan sore.
Cara 2:
Beberapa helai (10) daun muda jeruk nipis ditumbuk sampai halus, dilumatkan, pulung kecil-kecil seperti pil, makan 3 kali sehari.
7. Batu Ginjal
Dua butir perasan jeruk nipis kampung diencerkan dengan 2 gelas air hangat, minum setelah makan malam. Lakukan tiap hari selama 10 hari.
8. Difteri
Dua jeruk nipis dicuci, diperas airnya. Seduh dengan 1 gelas air panas ditambah 1 sendok makan madu. Gunakan untuk berkumur selama dua menit saat masih hangat, lalu diminum. Lakukan 3 kali sehari.
9. Demam atau Flu
Cara 1:
Satu jeruk nipis dicuci lalu diperas, tambah dengan 3 siung bawang merah yang telah dilumatkan dan 1 sendok makan minyak kelapa. Oleskan pada kening penderita.
Cara 2:
Satu jeruk nipis dipanggang sebentar, dipotong, lalu diperas, tambahkan 1 sendok makan madu. Minum sekaligus.
10. Haid Tidak Teratur
Tiga sendok makan air jeruk nipis ditambah 1 sendok makan madu dan 2 gelas air panas diaduk rata. Minum selagi hangat. Lakukan 3 kali sehari
11. Sehabis Melahirkan
Satu sendok makan kapur sirih ditambah 2 sendok makan minyak kayu putih dan 2 butir perasan jeruk nipis kampung, diaduk sampai rata, balurkan pada perut. Lakukan selama 3 bulan tiap hari sehabis mandi, agar perut terhindar dari keriput, tetap halus dan kempis seperti sediakala.
12. Jerawat
Satu jeruk nipis diiris kemudian digosokkan pada kulit wajah.
13. Mencegah Rambut Rontok atau Berketombe
Dua jeruk nipis dipotong menjadi tiga bagian, oleskan pada kulit kepala sampai rata. Bungkus kepala dengan handuk semalaman, keramas keesokan harinya. Lakukan 3 kali seminggu.
14. Melebatkan Rambut
Satu butir kuning telur ayam kampung dikocok dengan perasan 3 butir jeruk nipis kampung sampai rata. Gosokkan pada kulit kepala, pijit-pijit sampai merata, biarkan selama 2 jam baru dibilas dengan sampo merang agar rambut menjadi mengkilap dan lebat. Sampo merang dibuat dari 1 ikat merang, dibakar sampai menjadi arang, bukan abu, rendam dalam air dan biarkan semalaman. Saring, dan sampo merang siap untuk keramas.
15. Menghentikan Kebiasaan Merokok
Iris 1 jeruk nipis, isap lalu minum air putih. Lakukan beberapa kali sehari.
16. Vertigo
Setengah genggam daun jeruk nipis dilumatkan. Tambahkan 1 sendok makan air jeruk nipis. Gosokkan ke tengkuk, pelipis, dan dahi. Lakukan 2 kali sehari.
17. Radang Tenggorokan
Potong 3 buah jeruk nipis masak, lalu peras. Seduh air perasannya dengan 1/2 cangkir air panas, tambahkan 1 sendok makan madu sambil diaduk rata. Selagi hangat, gunakan ramun ini untuk berkumur selama 2-3 menit. Lakukan 3 kali sehari.
18. Lendir di Tenggorokan
Potong 2 buah jeruk nipis, peras airnya, tampung di gelas. Tambahkan sedikit garam, lalu aduk sampai rata. Ramuan ini dapat diminum pada saat perut kosong.
19. Kurap atau Panu
Cuci 1 genggam akar landep (Barleria prionitis L.) sampai bersih, lalu tumbuk halus. Tambahkan air perasan 1 buah jeruk nipis sambil diaduk rata. Balurkan pada bagian kulit yang terkena kurap atau panu, lalu balut dengan kain perban. Ganti balutan 2 kali sehari sampai sembuh.
20. Demam/Panas Saat Malaria
Sediakan 3 lembar daun jeruk nipis dan daun kendal (Cordia obliqua Willd.) (Blumea balsamifera L.) , dan 5 lembar daun prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.). Rebus bahan-bahan tersebut dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring. Air saringan tersebut dibagi dua, diminum pagi dan sore.
21. Terkilir
Tiga Buah jeruk nipis masak dan banyak airnya dibelah menjadi dua. Masukkan ke dalam poci lalu diseduh dengan 1/2 cangkir air panas, kemudian ditutup. Setelah dingin diambil jeruknya kemudian diperas dan disaring. Tambahkan 2 sendok makan minyak kayu putih dan 2 sendok makan minyak gandapura. Ramuan ini dipakai untuk mengurut bagian yang cedera. Setelah itu minum 3/4 gelas air kelapa hijau muda. Lakukan 3 kali sehari.
22. Pegal Linu
Cuci daun jeruk nipis, daun ketepeng cina, dan daun sambiloto (masing-masing 1/3 genggam), 10 lembar daun sirih, 2 jari akar pepaya, 2 jari akar kepayang, 3 jari akar kelor, dan 10 buah cabai rawit, lalu tumbuk sampai halus. Rendam ramuan tersebut dalam 1 liter alkohol selama 7 hari. Air perasannya dapat digunakan untuk menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit.
23. Sakit Gigi
Campurkan air jeruk nipis, gilingan akar kecubung hitam dan gilingan legetan warak masing-masing 1 sendok makan. Tambahkan 3/4 cangkir air garam ke dalamnya, lalu aduk sampai rata. Selanjutnya peras ramuan tersebut dan saring. Gunakan air saringannya untuk berkumur selama beberapa menit, lalu buang. Lakukan 4-6 kali sehari.
24. Melangsingkan Badan
Tambahkan air perasan satu buah jeruk nipis ke dalam cangkir air teh hijau. Minum ramuan ini setiap pagi dan sore hari. Lakukan setiap hari.
25. Menambah Stamina
Campurkan sebutir kuning telur ayam kampung, air perasan 1 buah jeruk nipis dan sedikit irisan gula merah. Aduk sampai rata, lalu minum. Lakukan sekali dalam seminggu.
26. Tekanan Darah Tinggi
Sediakan 20 kuntum bunga dan 30 lembar daun jeruk nipis. Cuci sampai bersih, lalu tambahkan air perasan 2 buah jeruk nipis. Rebus bahan-bahan tersebut dalam 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin, saring. Air saringannya diminum 3 kali sehari 3/4 gelas. Minum ramuan ini ditambah sedikit madu. Lakukan setiap hari. @
Menurut Dr. Setiawan Dalimartha, anggota SP3T (Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional) DKI Jakarta, air buah jeruk nipis dapat digunakan sebagai penyedap masakan, minuman, penyegar, bahan pembuat asam sitrat, serta membersihkan karat pada logam dan kulit yang kotor. Bisa juga sebagai campuran jamu.
Sebagai herbal alami, jeruk nipis berkhasiat untuk menghilangkan sumbatan vital energi, obat batuk, peluruh dahak (mukolitik), peluruh kencing (diuretik) dan keringat, serta membantu proses pencernaan.
Jeruk nipis mengandung minyak terbang limonene dan linalool, juga flavonoid, seperti poncirin, hesperidine, rhoifolin dan naringin. Kandungan buahnya yang masak adalah synephrine dan N-methyltyramine, selain asam sitrat, kalsium, fosfor, besi dan vitamin A, B1, dan C. Asam sitratnya mampu mencegah kekambuhan pada pasien pasca operasi batu ginjal.
Hj. Sarah Kriswanti, herbalis yang tinggal di Bandung, dan Dr. Setiawan Dalimartha dari Hiptri (Himpunan Pengobatan Tradisional dan Akupuntur Indonesia), memberikan tip bagaimana memanfaatkan jeruk nipis sebagai herbal yang membantu penyembuhan penyakit.
1. Ambeien
Sebanyak 10 gr akar pohon jeruk nipis dicuci bersih, lalu direbus dengan air 1 liter selama 1/2 jam, lalu saring. Diminum hangat-hangat 3 kali sehari.
2. Amandel
Kulit 3 jeruk nipis dicuci, dipotong-potong, lalu direbus dengan 2 gelas air hingga airnya tersisa 3/4, saring. Air tersebut dipakai untuk berkumur-kumur. Lakukan 3-4 kali sehari.
3. Anyang-anyangan
Dua jeruk nipis dicuci, diperas lalu diberi gula batu secukupnya dan 1 gelas air panas. Aduk hangat-hangat, minum sekaligus sehari sekali.
4. Batuk
Satu jeruk nipis dicuci, diperas, dicampur dengan 1 _ sendok makan madu dan sedikit garam, aduk hingga rata lalu disaring. Diminum 2-3 kali sehari. Atau perasan jeruk nipis ditambah sepotong gula batu lalu diaduk hingga rata, diminum 1 kali sehari sampai sembuh.
5. Batuk Disertai Influenza
Potong sebuah jeruk nipis masak dan mengandung air yang cukup banyak, lalu peras. Seduh air perasannya dengan 60 cc air panas. Tambahkan 1/2 sendok teh air kapur sirih sambil diaduk rata. Minum ramuan ini 2 kali sehari 2 sendok makan.
6. Bau Badan
Cara 1:
Potong jeruk nipis yang cukup besar menjadi 2 bagian, olesi bagian irisan dengan kapur sirih tipis-tipis. Oleskan ke ketiak setelah mandi. Biarkan selama 5 menit lalu dibilas, lalukan tiap pagi dan sore.
Cara 2:
Beberapa helai (10) daun muda jeruk nipis ditumbuk sampai halus, dilumatkan, pulung kecil-kecil seperti pil, makan 3 kali sehari.
7. Batu Ginjal
Dua butir perasan jeruk nipis kampung diencerkan dengan 2 gelas air hangat, minum setelah makan malam. Lakukan tiap hari selama 10 hari.
8. Difteri
Dua jeruk nipis dicuci, diperas airnya. Seduh dengan 1 gelas air panas ditambah 1 sendok makan madu. Gunakan untuk berkumur selama dua menit saat masih hangat, lalu diminum. Lakukan 3 kali sehari.
9. Demam atau Flu
Cara 1:
Satu jeruk nipis dicuci lalu diperas, tambah dengan 3 siung bawang merah yang telah dilumatkan dan 1 sendok makan minyak kelapa. Oleskan pada kening penderita.
Cara 2:
Satu jeruk nipis dipanggang sebentar, dipotong, lalu diperas, tambahkan 1 sendok makan madu. Minum sekaligus.
10. Haid Tidak Teratur
Tiga sendok makan air jeruk nipis ditambah 1 sendok makan madu dan 2 gelas air panas diaduk rata. Minum selagi hangat. Lakukan 3 kali sehari
11. Sehabis Melahirkan
Satu sendok makan kapur sirih ditambah 2 sendok makan minyak kayu putih dan 2 butir perasan jeruk nipis kampung, diaduk sampai rata, balurkan pada perut. Lakukan selama 3 bulan tiap hari sehabis mandi, agar perut terhindar dari keriput, tetap halus dan kempis seperti sediakala.
12. Jerawat
Satu jeruk nipis diiris kemudian digosokkan pada kulit wajah.
13. Mencegah Rambut Rontok atau Berketombe
Dua jeruk nipis dipotong menjadi tiga bagian, oleskan pada kulit kepala sampai rata. Bungkus kepala dengan handuk semalaman, keramas keesokan harinya. Lakukan 3 kali seminggu.
14. Melebatkan Rambut
Satu butir kuning telur ayam kampung dikocok dengan perasan 3 butir jeruk nipis kampung sampai rata. Gosokkan pada kulit kepala, pijit-pijit sampai merata, biarkan selama 2 jam baru dibilas dengan sampo merang agar rambut menjadi mengkilap dan lebat. Sampo merang dibuat dari 1 ikat merang, dibakar sampai menjadi arang, bukan abu, rendam dalam air dan biarkan semalaman. Saring, dan sampo merang siap untuk keramas.
15. Menghentikan Kebiasaan Merokok
Iris 1 jeruk nipis, isap lalu minum air putih. Lakukan beberapa kali sehari.
16. Vertigo
Setengah genggam daun jeruk nipis dilumatkan. Tambahkan 1 sendok makan air jeruk nipis. Gosokkan ke tengkuk, pelipis, dan dahi. Lakukan 2 kali sehari.
17. Radang Tenggorokan
Potong 3 buah jeruk nipis masak, lalu peras. Seduh air perasannya dengan 1/2 cangkir air panas, tambahkan 1 sendok makan madu sambil diaduk rata. Selagi hangat, gunakan ramun ini untuk berkumur selama 2-3 menit. Lakukan 3 kali sehari.
18. Lendir di Tenggorokan
Potong 2 buah jeruk nipis, peras airnya, tampung di gelas. Tambahkan sedikit garam, lalu aduk sampai rata. Ramuan ini dapat diminum pada saat perut kosong.
19. Kurap atau Panu
Cuci 1 genggam akar landep (Barleria prionitis L.) sampai bersih, lalu tumbuk halus. Tambahkan air perasan 1 buah jeruk nipis sambil diaduk rata. Balurkan pada bagian kulit yang terkena kurap atau panu, lalu balut dengan kain perban. Ganti balutan 2 kali sehari sampai sembuh.
20. Demam/Panas Saat Malaria
Sediakan 3 lembar daun jeruk nipis dan daun kendal (Cordia obliqua Willd.) (Blumea balsamifera L.) , dan 5 lembar daun prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.). Rebus bahan-bahan tersebut dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring. Air saringan tersebut dibagi dua, diminum pagi dan sore.
21. Terkilir
Tiga Buah jeruk nipis masak dan banyak airnya dibelah menjadi dua. Masukkan ke dalam poci lalu diseduh dengan 1/2 cangkir air panas, kemudian ditutup. Setelah dingin diambil jeruknya kemudian diperas dan disaring. Tambahkan 2 sendok makan minyak kayu putih dan 2 sendok makan minyak gandapura. Ramuan ini dipakai untuk mengurut bagian yang cedera. Setelah itu minum 3/4 gelas air kelapa hijau muda. Lakukan 3 kali sehari.
22. Pegal Linu
Cuci daun jeruk nipis, daun ketepeng cina, dan daun sambiloto (masing-masing 1/3 genggam), 10 lembar daun sirih, 2 jari akar pepaya, 2 jari akar kepayang, 3 jari akar kelor, dan 10 buah cabai rawit, lalu tumbuk sampai halus. Rendam ramuan tersebut dalam 1 liter alkohol selama 7 hari. Air perasannya dapat digunakan untuk menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit.
23. Sakit Gigi
Campurkan air jeruk nipis, gilingan akar kecubung hitam dan gilingan legetan warak masing-masing 1 sendok makan. Tambahkan 3/4 cangkir air garam ke dalamnya, lalu aduk sampai rata. Selanjutnya peras ramuan tersebut dan saring. Gunakan air saringannya untuk berkumur selama beberapa menit, lalu buang. Lakukan 4-6 kali sehari.
24. Melangsingkan Badan
Tambahkan air perasan satu buah jeruk nipis ke dalam cangkir air teh hijau. Minum ramuan ini setiap pagi dan sore hari. Lakukan setiap hari.
25. Menambah Stamina
Campurkan sebutir kuning telur ayam kampung, air perasan 1 buah jeruk nipis dan sedikit irisan gula merah. Aduk sampai rata, lalu minum. Lakukan sekali dalam seminggu.
26. Tekanan Darah Tinggi
Sediakan 20 kuntum bunga dan 30 lembar daun jeruk nipis. Cuci sampai bersih, lalu tambahkan air perasan 2 buah jeruk nipis. Rebus bahan-bahan tersebut dalam 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin, saring. Air saringannya diminum 3 kali sehari 3/4 gelas. Minum ramuan ini ditambah sedikit madu. Lakukan setiap hari. @
SUKSES ITU SEDERHANA
Sukses itu sangat sederhana dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan kekayaan yang kita miliki. Sukses tidak perlu dikejar, tapi LIHAT, RASAKAN, dan SYUKURILAH apa yang kita punya. Dan kesuksesan TERBESAR yang kita miliki adalah diri kita sendiri. Mau bukti….???
Saat kita dapat lahir ke dunia ini dengan sehat dan dalam kondisi yang begitu sempurna diantara banyaknya bayi yang terlahir cacat. Nah….!! Itu sudah menjadi kesuksesan kita yang PERTAMA. Lalu saat kita bisa makan 3 kali sehari disaat ada lebih dari 3 juta orang mati kelaparan setiap bulannya. Itulah kesuksesan kita yang KEDUA. Kemudian saat kita bisa bersekolah, bahkan bisa menikmati studi sampai tingkat perguruan tinggi disaat tiap 10 menit ada 10 siswa yang DROP OUT karena tidak mampu membayar biaya SPP yang sangat mahal. Itulah kesuksesan kita yang KETIGA. Dan saat Anda bisa membaca tulisan ini, disaat ada lebih dari 8 juta orang yang buta huruf. Itulah kesuksesan kita yang KEEMPAT.
Tentu kita tidak akan mampu menghitung betapa banyaknya nikmat yang telah Allah berikan. Seperti firmannya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Q.S Ibrahim: 14).Sukses memang terjadi setiap hari. Saat kita bisa menjalani hidup ini dengan penuh rasa syukur, membantu orang yang kesusahan, dan saat kita bisa beribadah kepada Allah dengan utuh itulah kesuksesan terbesar yang dimiliki. Saat kita gembira, maka gembiralah seperlunya, dan saat kita bersedih, maka bersedihlah dengan secukupnya.
Sukses terjadi setiap hari, namun kadang kita tidak pernah menyadarinya. Jika Anda pernah menonton film ”Click” yang dibintangi Adam Sandler, mungkin Anda akan tersentuh. "Family Comes First", begitu kata- kata terakhir yang diucapkan Adam Sandler kepada anaknya sebelum dia meninggal. Karena saking sibuknya Si Adam Sandler ini dalam mengejar kesuksesan, ia sampai tidak sempat meluangkan waktu untuk anak & istrinya, bahkan tidak sempat menghadiri hari pemakaman ayahnya sendiri. Keluarga nya pun berantakan, istrinya yang cantik menceraikannya, dan anaknya pun jadi tidak mengenal siapa ayahnya...Nah...!! Itulah yang akan terjadi jika kita terlalu berambisi mengejar dunia. Padahal harta terbesar yang kita miliki adalah DIRI KITA SENDIRI.
Melihat dunia ini kadang bagaikan fatamorgana. Dari jauh memang indah dan menawan. Namun setelah kita mendekatinya, ternyata semuanya fana dan penuh tipuan. Maka cukup lihatlah Apa yang fana itu, sebagai morivasi untuk menggapai yang kekal.
Anda tahu Rockeveller..? Ya, dia adalah seorang pengusaha kaya raya yg memiliki ratusan perusahaan dan ladang minyak, tapi oleh dokter dikatakan mengidap penyakit kanker yang ganas. Saat dia ditanya apa yang membuatnya bahagia saat itu apakah kekayaannya?, dia menjawab kalau ada yg bisa menyembuhkan penyakit kankernya, berapapun biayanya akan ia bayar agar mampu hidup 5 tahun lagi.
Sedangkan di Yogyakarta, ada seorang perempuan tua bernama mbah Suro. Usianya sudah 150 tahun dan hidupnya sangat miskin. Ketika ditanya apakah yang diinginkan? Rumah mewah, apa harta yg banyak? Namun aneh, jawaban mbah Suro hanya MENGINGINGKAN MATI karena sudah bosan hidup di dunia ini. Seandainya 5 tahun dari usia mbah Suro yg sudah 150 tahun itu bisa diberikan orang lain, pasti Rockveller akan membelinya dengan harga yang sangat tinggi, bahkan separoh kekayaannya pun akan direlakan apabila usia tsb dapat ditukar harta.
Nah..!! Bagi siapapun sekarang yang masih menjalani hidup dengan Keluhan dan penyesalan. Maka hentikanlah keluhanmu itu, karena masih banyak orang yang hidupnya jauh lebih susah daripada kita. Jangan menunggu sukses, baru Engkau bersyukur. Tapi bersyukurlah terlebih dahulu, maka kesuksesanmu akan semakin bertambah. Dan jangan menunggu datangnya kenikmatan, baru engkau Bersyukur. Tapi bersyukurlah terlebih dahulu, maka hidupmu akan terasa NIKMAT.
Saat kita dapat lahir ke dunia ini dengan sehat dan dalam kondisi yang begitu sempurna diantara banyaknya bayi yang terlahir cacat. Nah….!! Itu sudah menjadi kesuksesan kita yang PERTAMA. Lalu saat kita bisa makan 3 kali sehari disaat ada lebih dari 3 juta orang mati kelaparan setiap bulannya. Itulah kesuksesan kita yang KEDUA. Kemudian saat kita bisa bersekolah, bahkan bisa menikmati studi sampai tingkat perguruan tinggi disaat tiap 10 menit ada 10 siswa yang DROP OUT karena tidak mampu membayar biaya SPP yang sangat mahal. Itulah kesuksesan kita yang KETIGA. Dan saat Anda bisa membaca tulisan ini, disaat ada lebih dari 8 juta orang yang buta huruf. Itulah kesuksesan kita yang KEEMPAT.
Tentu kita tidak akan mampu menghitung betapa banyaknya nikmat yang telah Allah berikan. Seperti firmannya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Q.S Ibrahim: 14).Sukses memang terjadi setiap hari. Saat kita bisa menjalani hidup ini dengan penuh rasa syukur, membantu orang yang kesusahan, dan saat kita bisa beribadah kepada Allah dengan utuh itulah kesuksesan terbesar yang dimiliki. Saat kita gembira, maka gembiralah seperlunya, dan saat kita bersedih, maka bersedihlah dengan secukupnya.
Sukses terjadi setiap hari, namun kadang kita tidak pernah menyadarinya. Jika Anda pernah menonton film ”Click” yang dibintangi Adam Sandler, mungkin Anda akan tersentuh. "Family Comes First", begitu kata- kata terakhir yang diucapkan Adam Sandler kepada anaknya sebelum dia meninggal. Karena saking sibuknya Si Adam Sandler ini dalam mengejar kesuksesan, ia sampai tidak sempat meluangkan waktu untuk anak & istrinya, bahkan tidak sempat menghadiri hari pemakaman ayahnya sendiri. Keluarga nya pun berantakan, istrinya yang cantik menceraikannya, dan anaknya pun jadi tidak mengenal siapa ayahnya...Nah...!! Itulah yang akan terjadi jika kita terlalu berambisi mengejar dunia. Padahal harta terbesar yang kita miliki adalah DIRI KITA SENDIRI.
Melihat dunia ini kadang bagaikan fatamorgana. Dari jauh memang indah dan menawan. Namun setelah kita mendekatinya, ternyata semuanya fana dan penuh tipuan. Maka cukup lihatlah Apa yang fana itu, sebagai morivasi untuk menggapai yang kekal.
Anda tahu Rockeveller..? Ya, dia adalah seorang pengusaha kaya raya yg memiliki ratusan perusahaan dan ladang minyak, tapi oleh dokter dikatakan mengidap penyakit kanker yang ganas. Saat dia ditanya apa yang membuatnya bahagia saat itu apakah kekayaannya?, dia menjawab kalau ada yg bisa menyembuhkan penyakit kankernya, berapapun biayanya akan ia bayar agar mampu hidup 5 tahun lagi.
Sedangkan di Yogyakarta, ada seorang perempuan tua bernama mbah Suro. Usianya sudah 150 tahun dan hidupnya sangat miskin. Ketika ditanya apakah yang diinginkan? Rumah mewah, apa harta yg banyak? Namun aneh, jawaban mbah Suro hanya MENGINGINGKAN MATI karena sudah bosan hidup di dunia ini. Seandainya 5 tahun dari usia mbah Suro yg sudah 150 tahun itu bisa diberikan orang lain, pasti Rockveller akan membelinya dengan harga yang sangat tinggi, bahkan separoh kekayaannya pun akan direlakan apabila usia tsb dapat ditukar harta.
Nah..!! Bagi siapapun sekarang yang masih menjalani hidup dengan Keluhan dan penyesalan. Maka hentikanlah keluhanmu itu, karena masih banyak orang yang hidupnya jauh lebih susah daripada kita. Jangan menunggu sukses, baru Engkau bersyukur. Tapi bersyukurlah terlebih dahulu, maka kesuksesanmu akan semakin bertambah. Dan jangan menunggu datangnya kenikmatan, baru engkau Bersyukur. Tapi bersyukurlah terlebih dahulu, maka hidupmu akan terasa NIKMAT.
Selasa, 03 Agustus 2010
Konseling Profesional
Tugas Konselor dan Pengawas Bimbingan dan Konseling Menurut PP No. 74 Tahun 2008
A. Tugas Konselor
Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Jenis layanan adalah sebagai berikut:
1. Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/ madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
2. Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
3. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.
4. Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industri dan masyarakat.
5. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.
6. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
7. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
8. Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik
9. Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh:
1. Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun nontes.
2. Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia.
3. Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua atau keluarganya.
5. Tampilan kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.
6. Alih tangan kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.
Beban Kerja Minimum Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor
Beban kerja guru bimbingan dan konseling/konselor adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik dan paling banyak 250 (dua ratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk layanan tatap muka terjadwal di kelas untuk layanan klasikal dan/atau di luar kelas untuk layanan perorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan yang memerlukan. Sedangkan beban kerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah membimbing 40 (empat puluh) peserta didik dan guru yang diberi tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah/madrasah membimbing 80 (delapan puluh) peserta
B. Tugas Pengawas Bimbingan dan Konseling
Lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling untuk melaksanakan tugas pokok diatur sebagai berikut:
1. Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas bimbingan dan konseling terhadap 24 (dua puluh empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah guru yang dibina di satu atau beberapa sekolah pada jenjang pendidikan yang sama atau jenjang pendidikan yang berbeda.
2. Jumlah guru yang harus dibina untuk pengawas bimbingan dan konseling paling sedikit 40 (empat puluh) dan paling banyak 60 guru BK.
3. Uraian lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan Program Pengawasan Bimbingan dan Konseling
* Setiap pengawas baik secara berkelompok maupun secara perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan terdiri atas (1) program pengawasan tahunan, (2) program pengawasan semester, dan (3) rencana kepengawasan akademik (RKA).
* Program pengawasan tahunan pengawas disusun oleh kelompok pengawas di kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
* Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap pengawas pada setiap sekolah tempat guru binaannya berada. Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
* Rencana Kepengawasan Bimbingan dan Konseling (RKBK) merupakan penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKBK ini diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu.
* Program tahunan, program semester, dan RKBK sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan instrumen pengawasan.
b. Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian
* Kegiatan supervisi bimbingan dan konseling meliputi pembinaan dan pemantauan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas dengan guru binaanya,
* Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembimbingan.
* Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian kegiatan dan jadwal yang tercantum dalam RKBK yang telah disusun.
c. Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
* Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah binaan,
* Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan program yang telah direncanakan,
* Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan dilakukan oleh setiap pengawas sekolah dengan segera setelah melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.
d. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK.
* Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok di Musyawarah Guru Pembimbing (MGP).
* Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi yang akan ditingkatkan.
* Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembimbingan. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK ini dapat dilakukan melalui workshop, seminar, observasi, individual dan group conference.
A. Tugas Konselor
Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Jenis layanan adalah sebagai berikut:
1. Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/ madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
2. Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
3. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.
4. Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industri dan masyarakat.
5. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.
6. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
7. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
8. Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik
9. Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh:
1. Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun nontes.
2. Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia.
3. Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua atau keluarganya.
5. Tampilan kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.
6. Alih tangan kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.
Beban Kerja Minimum Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor
Beban kerja guru bimbingan dan konseling/konselor adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik dan paling banyak 250 (dua ratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk layanan tatap muka terjadwal di kelas untuk layanan klasikal dan/atau di luar kelas untuk layanan perorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan yang memerlukan. Sedangkan beban kerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah membimbing 40 (empat puluh) peserta didik dan guru yang diberi tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah/madrasah membimbing 80 (delapan puluh) peserta
B. Tugas Pengawas Bimbingan dan Konseling
Lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling untuk melaksanakan tugas pokok diatur sebagai berikut:
1. Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas bimbingan dan konseling terhadap 24 (dua puluh empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah guru yang dibina di satu atau beberapa sekolah pada jenjang pendidikan yang sama atau jenjang pendidikan yang berbeda.
2. Jumlah guru yang harus dibina untuk pengawas bimbingan dan konseling paling sedikit 40 (empat puluh) dan paling banyak 60 guru BK.
3. Uraian lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan Program Pengawasan Bimbingan dan Konseling
* Setiap pengawas baik secara berkelompok maupun secara perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan terdiri atas (1) program pengawasan tahunan, (2) program pengawasan semester, dan (3) rencana kepengawasan akademik (RKA).
* Program pengawasan tahunan pengawas disusun oleh kelompok pengawas di kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
* Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap pengawas pada setiap sekolah tempat guru binaannya berada. Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
* Rencana Kepengawasan Bimbingan dan Konseling (RKBK) merupakan penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKBK ini diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu.
* Program tahunan, program semester, dan RKBK sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan instrumen pengawasan.
b. Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian
* Kegiatan supervisi bimbingan dan konseling meliputi pembinaan dan pemantauan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas dengan guru binaanya,
* Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembimbingan.
* Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian kegiatan dan jadwal yang tercantum dalam RKBK yang telah disusun.
c. Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
* Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah binaan,
* Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan program yang telah direncanakan,
* Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan dilakukan oleh setiap pengawas sekolah dengan segera setelah melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.
d. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK.
* Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok di Musyawarah Guru Pembimbing (MGP).
* Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi yang akan ditingkatkan.
* Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembimbingan. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK ini dapat dilakukan melalui workshop, seminar, observasi, individual dan group conference.
Teori Karier Donald Super
Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas , karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut untuk sebagian terdapat pada individu sendiri dan untuk sebagian terdapat dalam lingkungan hidupnya yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama membentuk proses perkembangan karier seseorang. Pilihan jabatan merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor pada individu sendiri seperti kebutuhan , sifat-sifat kepribadian , serta kemampuan intelektual , dan banyak faktor di luar individu , seperti taraf kehidupan sosial-ekonomi keluarga , variasi tuntutan lingkungan kebudayaan , dan kesempatan/kelonggaran yang muncul. Titik berat dari hal-hal tersebut diatas terletak pada faktor-faktor pada individu sendiri.
Donald Super menaruh perhatian pada psikologi diferensial sebagai cabang ilmu psikologi yang mempelajari perbedaan bermakna antara individu-individu , antara lain dengan menggunakan alat-alat tes untuk memperoleh data tentang berbagai ciri kepribadian yang jelas mempunyai kaitan dengan memegang suatu jabatan , seperti kemampuan intelektual , bakat khusus , minat , dan sifat-sifat kepribadian. Donald Super mengakui sumbangan positif dari teori Trait and Factor, yang untuk sebagian bergerak dalam psikologi diferensial (differential psychology). Data hasil testing psikologis (measurement, assessment) memungkinkan untuk memperoleh gambaran agak objektif tentang seseorang dalam perbandingan dengan orang lain (appraisal, evaluation).
Unsur yang mendasar dalam pandangan Donald Super adalah konsep diri atau gambaran diri sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan jabatan yang akan dipegang (vocational self-concept) yang merupakart sebagian dari keseluruhan gambaran tentang diri sendiri. Data hasil penelitian memberikan indikasi yang kuat bahwa gambaran diri yang vokasional berkembang selama pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif ; perkembangan ini berlangsung melalui observasi terhadap orang-orang yang memegang jabatan tertentu , melalui identifikasi dengan orang-orang dewasa yang sudah bekerja , melalui penghayatan pengalaman hidup , dan melalui pengaruh yang diterima dari lingkungan hidup. Penyadaran kesamaan dan perbedaan di antara diri sendiri dan semua orang lain , akhirnya terbentuk suatu gambaran diri yang vokasional. Gambaran diri ini menumbuhkan dorongan internal yang mengarahkan seseorang ke suatu bidang jabatan yang memungkinkan untuk mencapai sukses dan merasa puas (vocational satisfication). Hal ini menyebabkan seseorang mampu mewujudkan gambaran diri dalam suatu bidang jabatan yang paling memungkinkan untuk mengekspresikan diri sendiri , misalnya : seorang muda yang memandang dirinya sebagai orang yang berkemampuan tinggi , berjiwa mengabdi , dan rela mcngorbankan dirinya , serta dibesarkan dalam keluarga yang telah mencetak beberapa dokter dan memperoleh kesan serba positif tentang perkembangan seorang dokter , akhirnya membentuk gambaran diri yang membayangkan dirinya sendiri sebagai seorang dokter yang ulung dan tulen.
Proses perkembangan karier dibagi atas lima tahap, yaitu :
1. Tahap Pengembangan (Growth) mulai dari saat lahir sampai umur lebih kurang 15 tahun à anak mengembangkan berbagai potensi , pandangan khas , sikap , minat , dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure)
2. Tahap Eksplorasi (Exploration) dari umur l5 sampai 24 tahun à orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan , tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.
3. Tahap Pemantapan (Establishment) dari umur 25 sampai 44 tahun à bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk-beluk pengalaman selama menjalani karier tertentu.
4. Tahap Pembinaan (Maintenance) dari umur 45 tahun sampai 64 tahun à orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya.
5. Tahap Kemunduran (Decline) Ã orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.
Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu jabatan , yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan karier (vocational developmental tasks).
Pada masa-masa tertentu dalam hidupnya individu dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan karier tertentu , yaitu :
a. Perencanaan garis besar masa depan (Crystalization) antara 14-18 tahun yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya.
b. Penentuan (Specification) antara umur 18-24 tahun yang bercirikan mengarahkan diri ke bidang jabatan tertentu dan mulai memegang jabatan itu.
c. Pemantapan (Establishment) antara 24-35 tahun yang bercirikan membuktikan diri mampu memangku jabatan yang terpilih.
d. Pengakaran (Consolidation) sesudah umur 35 tahun sampai masa pensiun yang bercirikan mencapai status tertentu dan memperoleh senioritas.
Berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan karier , Super mengembangkan konsep kematangan vokasional (career maturity ; vocational maturity) yang menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelasaikan semua tugas perkemlbangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Indikasi relevan bagi kematangan vokasional adalah misalnya kemampuan untuk membuat rencana , kerelaan untuk memikul tanggung jawab , serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan. Beraneka indikasi ini dapat dijabarkan lebih lanjut pada rnasing-masing tahap perkembangan vokasional , lebih-lebih selama masa remaja dan masa dewasa muda. Berkenaan dalam rangka meneliti dan menilai kematangan vokasional telah dikembangkan alat tes yang dikenal dengan nama Career Development Inventory , Career Maturity Test , dan Vocational Maturity Test.
Beberapa karya tulis Super yang terkenal adalah The Psychology of Careers (l957) , Work Values Inventory (1970) , Appraising Vocational Fitness by Means of Psychological Tests (1962) , Career Development: Self-Concept Theory (1963) , Measuring Vocational Maturity for Counseling and Evaluation (1974) , dan Career and Life Development (1984). Hal yang menarik perhatian ialah pernyataan Super dalam karya tulis terakhir bahwa teori tentang self-concept adalah "Essentially a matching theory in which individuals consider both their own attributes and the attributes required by an occupation". Gagasan ini mirip dengan teori Trait and Factor, meskipun pada Super mengandung makna yang lebih komprehensif.
Pandanga:n Super oleh banyak pakar Psikologi Vokasional dinilai sebagai teori yang paling komprehensif dan mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian. Pandangan Super mengandung beberapa implikasi bagi pendidikan karier dan konseling karier yang sangat relevan. Konsepsi Super tentang gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pegangan bagi seorang tenaga kependidikan bila merancang program pendidikan karier dan bimbingan karier , yang membawa orang muda ke pemahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia kerja , selaras dengan tahap perkembangan karier tertentu.
KEPUSTAKAAN
Manrihu, Muhammad Thayeb . 1992 . Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier . Jakarta . Bumi Aksara
Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas , karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut untuk sebagian terdapat pada individu sendiri dan untuk sebagian terdapat dalam lingkungan hidupnya yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama membentuk proses perkembangan karier seseorang. Pilihan jabatan merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor pada individu sendiri seperti kebutuhan , sifat-sifat kepribadian , serta kemampuan intelektual , dan banyak faktor di luar individu , seperti taraf kehidupan sosial-ekonomi keluarga , variasi tuntutan lingkungan kebudayaan , dan kesempatan/kelonggaran yang muncul. Titik berat dari hal-hal tersebut diatas terletak pada faktor-faktor pada individu sendiri.
Donald Super menaruh perhatian pada psikologi diferensial sebagai cabang ilmu psikologi yang mempelajari perbedaan bermakna antara individu-individu , antara lain dengan menggunakan alat-alat tes untuk memperoleh data tentang berbagai ciri kepribadian yang jelas mempunyai kaitan dengan memegang suatu jabatan , seperti kemampuan intelektual , bakat khusus , minat , dan sifat-sifat kepribadian. Donald Super mengakui sumbangan positif dari teori Trait and Factor, yang untuk sebagian bergerak dalam psikologi diferensial (differential psychology). Data hasil testing psikologis (measurement, assessment) memungkinkan untuk memperoleh gambaran agak objektif tentang seseorang dalam perbandingan dengan orang lain (appraisal, evaluation).
Unsur yang mendasar dalam pandangan Donald Super adalah konsep diri atau gambaran diri sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan jabatan yang akan dipegang (vocational self-concept) yang merupakart sebagian dari keseluruhan gambaran tentang diri sendiri. Data hasil penelitian memberikan indikasi yang kuat bahwa gambaran diri yang vokasional berkembang selama pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif ; perkembangan ini berlangsung melalui observasi terhadap orang-orang yang memegang jabatan tertentu , melalui identifikasi dengan orang-orang dewasa yang sudah bekerja , melalui penghayatan pengalaman hidup , dan melalui pengaruh yang diterima dari lingkungan hidup. Penyadaran kesamaan dan perbedaan di antara diri sendiri dan semua orang lain , akhirnya terbentuk suatu gambaran diri yang vokasional. Gambaran diri ini menumbuhkan dorongan internal yang mengarahkan seseorang ke suatu bidang jabatan yang memungkinkan untuk mencapai sukses dan merasa puas (vocational satisfication). Hal ini menyebabkan seseorang mampu mewujudkan gambaran diri dalam suatu bidang jabatan yang paling memungkinkan untuk mengekspresikan diri sendiri , misalnya : seorang muda yang memandang dirinya sebagai orang yang berkemampuan tinggi , berjiwa mengabdi , dan rela mcngorbankan dirinya , serta dibesarkan dalam keluarga yang telah mencetak beberapa dokter dan memperoleh kesan serba positif tentang perkembangan seorang dokter , akhirnya membentuk gambaran diri yang membayangkan dirinya sendiri sebagai seorang dokter yang ulung dan tulen.
Proses perkembangan karier dibagi atas lima tahap, yaitu :
1. Tahap Pengembangan (Growth) mulai dari saat lahir sampai umur lebih kurang 15 tahun à anak mengembangkan berbagai potensi , pandangan khas , sikap , minat , dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure)
2. Tahap Eksplorasi (Exploration) dari umur l5 sampai 24 tahun à orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan , tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.
3. Tahap Pemantapan (Establishment) dari umur 25 sampai 44 tahun à bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk-beluk pengalaman selama menjalani karier tertentu.
4. Tahap Pembinaan (Maintenance) dari umur 45 tahun sampai 64 tahun à orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya.
5. Tahap Kemunduran (Decline) Ã orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.
Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu jabatan , yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan karier (vocational developmental tasks).
Pada masa-masa tertentu dalam hidupnya individu dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan karier tertentu , yaitu :
a. Perencanaan garis besar masa depan (Crystalization) antara 14-18 tahun yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya.
b. Penentuan (Specification) antara umur 18-24 tahun yang bercirikan mengarahkan diri ke bidang jabatan tertentu dan mulai memegang jabatan itu.
c. Pemantapan (Establishment) antara 24-35 tahun yang bercirikan membuktikan diri mampu memangku jabatan yang terpilih.
d. Pengakaran (Consolidation) sesudah umur 35 tahun sampai masa pensiun yang bercirikan mencapai status tertentu dan memperoleh senioritas.
Berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan karier , Super mengembangkan konsep kematangan vokasional (career maturity ; vocational maturity) yang menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelasaikan semua tugas perkemlbangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Indikasi relevan bagi kematangan vokasional adalah misalnya kemampuan untuk membuat rencana , kerelaan untuk memikul tanggung jawab , serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan. Beraneka indikasi ini dapat dijabarkan lebih lanjut pada rnasing-masing tahap perkembangan vokasional , lebih-lebih selama masa remaja dan masa dewasa muda. Berkenaan dalam rangka meneliti dan menilai kematangan vokasional telah dikembangkan alat tes yang dikenal dengan nama Career Development Inventory , Career Maturity Test , dan Vocational Maturity Test.
Beberapa karya tulis Super yang terkenal adalah The Psychology of Careers (l957) , Work Values Inventory (1970) , Appraising Vocational Fitness by Means of Psychological Tests (1962) , Career Development: Self-Concept Theory (1963) , Measuring Vocational Maturity for Counseling and Evaluation (1974) , dan Career and Life Development (1984). Hal yang menarik perhatian ialah pernyataan Super dalam karya tulis terakhir bahwa teori tentang self-concept adalah "Essentially a matching theory in which individuals consider both their own attributes and the attributes required by an occupation". Gagasan ini mirip dengan teori Trait and Factor, meskipun pada Super mengandung makna yang lebih komprehensif.
Pandanga:n Super oleh banyak pakar Psikologi Vokasional dinilai sebagai teori yang paling komprehensif dan mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian. Pandangan Super mengandung beberapa implikasi bagi pendidikan karier dan konseling karier yang sangat relevan. Konsepsi Super tentang gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pegangan bagi seorang tenaga kependidikan bila merancang program pendidikan karier dan bimbingan karier , yang membawa orang muda ke pemahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia kerja , selaras dengan tahap perkembangan karier tertentu.
KEPUSTAKAAN
Manrihu, Muhammad Thayeb . 1992 . Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier . Jakarta . Bumi Aksara
Konsultasi Psikologi (Konseling)
Konsultasi psikologi atau yang biasa disebut konseling adalah suatu proses interaksi antara pihak yang membutuhkan bantuan (disebut konseli/klien) dengan pihak yang mendapat keterampilan khusus memberi bantuan (disebut konselor/helper) dalam suatu hubungan yang formal dan profesional
Adapun faktor pendorong terjadinya proses konseling adalah:
# Pada diri individu, yaitu adanya masa-masa kritis dalam setiap masa perkembangan individu, terutama masa remaja.
#
Pada kondisi luar individu, misalnya perkembangan teknologi, nilai-nilai demokratis, nilai humanis versus pragmatis, nilai etika pergaulan, kondisi struktural dalam pendidikan dan kerja, transmigrasi dan urbanisasi, hubungan keluarga dalam arti fisik dan psikis
Sedangkan tugas konselor adalah mencari alternatif-alternatif yang dapat membantu pasien dalam upaya meninggalkan pola lama, memfasilitasi proses pengambilan keputusan dan mendapatkan solusi masalah yang lebih tepat. jadi, konseling akan berlangsung dalam sesi-sesi sebagai berikut :
1. Memulai mendefinisikan masalah.
2. Melanjutkannya dengan mencari alternatif.
3. Mengambil keputusan terhadap pilihan satu alternatif pemecahan masalah dan mengaplikasikan pilihan tersebut.
Seorang konselor harus tetap bersikap profesional dalam situasi apapun dan dengan siapapun. Seorang konselor tidak diperkenankan memberikan sugesti-sugesti tertentu yang dapat mempengaruhi pola pikir, tingkah laku, dan persepsi secara terpaksa. Ataupun membuat pasien semakin terancam secara psikis
Konselor harus dapat membuat pasien merasa nyaman berkonsultasi pada konselor tersebut, karena tujuan utama dilakukannya konseling pada pasien adalah untuk mempengaruhi perubahan tingakah laku secara sadar, memudahkan perubahan tingkah laku melalui interview, mendengarkan dengan penuh perhatian, membantu orang lain untuk pemahaman diri, pembuatan keputusan / pemecahan masalah, sehingga pasien tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak diri ataupun merugikan orang lain.
Konsultasi psikologi atau yang biasa disebut konseling adalah suatu proses interaksi antara pihak yang membutuhkan bantuan (disebut konseli/klien) dengan pihak yang mendapat keterampilan khusus memberi bantuan (disebut konselor/helper) dalam suatu hubungan yang formal dan profesional
Adapun faktor pendorong terjadinya proses konseling adalah:
# Pada diri individu, yaitu adanya masa-masa kritis dalam setiap masa perkembangan individu, terutama masa remaja.
#
Pada kondisi luar individu, misalnya perkembangan teknologi, nilai-nilai demokratis, nilai humanis versus pragmatis, nilai etika pergaulan, kondisi struktural dalam pendidikan dan kerja, transmigrasi dan urbanisasi, hubungan keluarga dalam arti fisik dan psikis
Sedangkan tugas konselor adalah mencari alternatif-alternatif yang dapat membantu pasien dalam upaya meninggalkan pola lama, memfasilitasi proses pengambilan keputusan dan mendapatkan solusi masalah yang lebih tepat. jadi, konseling akan berlangsung dalam sesi-sesi sebagai berikut :
1. Memulai mendefinisikan masalah.
2. Melanjutkannya dengan mencari alternatif.
3. Mengambil keputusan terhadap pilihan satu alternatif pemecahan masalah dan mengaplikasikan pilihan tersebut.
Seorang konselor harus tetap bersikap profesional dalam situasi apapun dan dengan siapapun. Seorang konselor tidak diperkenankan memberikan sugesti-sugesti tertentu yang dapat mempengaruhi pola pikir, tingkah laku, dan persepsi secara terpaksa. Ataupun membuat pasien semakin terancam secara psikis
Konselor harus dapat membuat pasien merasa nyaman berkonsultasi pada konselor tersebut, karena tujuan utama dilakukannya konseling pada pasien adalah untuk mempengaruhi perubahan tingakah laku secara sadar, memudahkan perubahan tingkah laku melalui interview, mendengarkan dengan penuh perhatian, membantu orang lain untuk pemahaman diri, pembuatan keputusan / pemecahan masalah, sehingga pasien tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak diri ataupun merugikan orang lain.
Senin, 21 Juni 2010
Laporan wawancara konseling
LAPORAN HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI KASUS PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) WACHID HASYIM
PARENGAN – MADURAN – LAMONGAN
BAGIAN I
LATAR BELAKANG MASALAH
A. IDENTITAS SISWA
Nama : M
Tempat & Tanggal Lahir : Lamongan 22 Desember 1990
Alamat : Jl. Mangga 28 Maduran
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 18 Tahun
Agama : Islam
Kelas : 2 A
Orang tua : H
Pekerjaan : Petani
B. PELANGGARAN YANG DILAKUKAN
Sering membolos sekolah
C. SUMBER INFORMASI
Informasi diperoleh dari guru BK SMA Wachid Hasyim. Berdasar data dari guru BK. Saudara As’ad tercatat rata-rata membolos 4 -5 kali dalam satu bulan.
D. TUJUAN DILAKUKANNYA WAWANCARA DAN OBSERVASI
1. Tujuan khusus : Untuk mengetahui latar belakang perilaku membolos saudara As’ad dan untuk menentukan langkah-langkah penanganannya.
2. Tujuan umum : Hasil wawancara dan observasi ini, nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan sebuah program yang bertujuan untuk meminimalisasi prevalensi perilaku membolos sekolah pada siswa-siswi SMA Wahid Hasyim. Mengingat sebagai suatu komunitas, tentunya antara siswa yang satu dengan siswa yang lain banyak memiliki kesamaan, baik dari segi fase perkembangan, status sosial orang tua, dan tingkat ekonomi. Sehingga hasil wawancara dan observasi terhadap saudara As’ad ini nantinya akan dapat digunakan sebagai dasar yang relevan dalam menentukan sebuah program penanganan untuk mengurangi prevalensi perilaku membolos pada siswa-siswi SMA Wachid Hasyim.
BAGIAN II
TEORI RUJUKAN
REMAJA
Masa remaja sebagai masa penuh kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat (Hurlock, 1993). Calon (1953) dalam Monks (2002) mengatakan masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak, karena secara fisik mereka sudah seperti orang dewasa. Perkembangan fisik dan psikis menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode sturm und drung dan akan membawah akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja (Monsk, 2002). Lebih jelas pada tahun 1974, WHO memberiikan definisi tentang remaja secara lebih konseptual, sebagai berikut (Sarwono, 2001):
Remaja adalah suatu masa dimana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
DELINKUEN
Ada beberapa pengertian tentang perilaku delinkuen, M. Gold dan J. Petronio dalam (Sarwono, 2001) mengartikan kenakalan remaja sebagai tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatan itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman. Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan anak nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial, moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau masyarakat (Pusda Depsos RI, 1999). B. Simanjutak dalam (Sudarsono, 1995) memberii tinjauan secara sosiokultural tentang arti Juvenile Delinquency atau kenakalan remaja, suatu perbuatan itu disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, atau suatu perbuatan yang anti-sosial dimana didalamnya terkandung unsur-unsur normatif. Psikolog Bimo Walgito dalam (Sudarsono, 1995) merumuskan arti selengkapnya dari Juvenile Delinquency sebagai tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan berbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja. Sementara John W. Santrock (1995) mendefinisikan, kenakalan remaja (Juvenile Delinquency) mengacu pada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti bertindak berlebihan disekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah), hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri).
BENTUK- BENTUK KENAKALAN
William C. Kvaraceus dalam (Mulyono, 1995) membagi bentuk kenakalan menjadi dua, yaitu:
1. Kenakalan bisaa seperti: Berbohong, membolos sekolah, meninggalkan rumah tanpa izin (kabur), keluyuran, memiliki dan membawa benda tajam, bergaul dengan teman yang memberii pengaruh buruk, berpesta pora, membaca buku-buku cabul, turut dalam pelacuran atau melacurkan diri, berpakaian tidak pantas dan minum minuman keras.
2. Kenakalan Pelanggaran Hukum, seperti: berjudi, mencuri, mencopet, menjambret, merampas, penggelapan barang, penipuan dan pemalsuan, menjual gambar-gambar porno dan film-film porno, pemerkosaan, pemalsuan uang, perbuatan yang merugikan orang lain, pembunuhan dan pengguguran kandungan.
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU DELINKUEN
Menurut Kartini Kartono (1998), Juvenile Delinquency adalah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangakan tingkah laku yang menyimpang.
Kartini Kartono (1998) membagi faktor penyebab perilaku delinkuen menjadi dua bagian sebagai berikut:
FAKTOR INTERNAL
Perilaku delinkuen pada dasarnya merupakan kegagalan sistem pengontrol diri anak terhadap dorongan-dorongan instingtifnya, mereka tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan instingtifnya dan menyalurkan kedalam perbuatan yang bermanfaat. Pandangan psikoanalisa menyatakan bahwa sumber semua gangguan psikiatris, termasuk gangguan pada perkembangan anak menuju dewasa serta proses adaptasinya terhadap tuntutan lingkungan sekitar ada pada individu itu sendiri, barupa:
1. Konflik batiniah, yaitu pertentangan antara dorongan infatil kekanak-kanakan melawan pertimbangan yang lebih rasional.
2. Pemasakan intra psikis yang keliru terhadap semua pengalaman, sehingga terjadi harapan palsu, fantasi, ilusi, kecemasan (sifatnya semu tetapi dihayati oleh anak sebagai kenyataan). Sebagai akibatnya anak mereaksi dengan pola tingkah laku yang salah, berupa: apatisme, putus asa, pelarian diri, agresi, tindak kekerasan, berkelahi dan lain-lain.
3. Menggunakan reaksi frustrasi negatif (mekanisme pelarian dan pembelaan diri yang salah), lewat cara-cara penyelesaian yang tidak rasional, seperti: agresi, regresi, fiksasi, rasionalisasi dan lain-lain.
Selain sebab-sebab diatas perilaku delinkuen juga dapat diakibatkan oleh:
1. Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak-anak remaja.
2. Gangguan berfikir dan inteligensi pada diri remaja, hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang lebih 30% dari anak-anak yang terbelakang mentalnya menjadi kriminal.
3. Gangguan emosional pada anak-anak remaja, perasaan atau emosi memberiikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar kecilnya kebagahiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia, jika semua terpuaskan orang akan merasa senang dan sebaliknya jika tidak orang akan mengalami kekecewaan dan frustrasi yang dapat mengarah pada tindakan-tindakan agresif. Gangguan-gangguan fungsi emosi ini dapat berupa: inkontinensi emosional (emosi yang tidak terkendali), labilitas emosional (suasana hati yang terus menerus berubah, ketidak pekaan dan menumpulnya perasaan.
4. Cacat tubuh, faktor bakat yang mempengaruhi temperamen, dan ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri (Philip Graham, 1983 dalam Sarwono, 2001).
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, perilaku delinkuen merupakan kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin karena ketidak matangan remaja dalam merespon stimuli yang ada diluar dirinya. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat (Tambunan, 2008).
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku delinkuen diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
faktor-faktor internal penyebab perilaku delinkuen
1). Reaksi frustrasi negatif
2). Gangguan pengamatan dan tanggapan
Faktor internal
3). Gangguan cara berfikir
4). Gangguan emosional atau perasaan
Sumber: Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta:Radja Grafindo Persada,1998), cet 3, hal. 120.
FAKTOR EKSTERNAL
Disamping faktor-faktor internal, perilaku delinkuen juga dapat diakibatkan oleh faktor-faktor yang berada diluar diri remaja, seperti (Kartono, 1998):
1. Faktor keluarga, keluarga merupakan wadah pembentukan peribadi anggota keluarga terutama bagi remaja yang sedang dalam masa peralihan, tetapi apabila pendidikan dalam keluarga itu gagal akan terbentuk seorang anak yang cenderung berperilaku delinkuen, semisal kondisi disharmoni keluarga (broken home), overproteksi dari orang tua, rejected child, dll.
2. Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan, semisal: kurikulum yang tidak jelas, guru yang kurang memahawi kejiwaan remaja dan sarana sekolah yang kurang memadai sering menyebabkan munculnya perilaku kenakalan pada remaja. Walaupun demikian faktor yang berpengaruh di sekolah bukan hanya guru dan sarana serta perasarana pendidikan saja. Lingkungan pergaulan antar teman pun besar pengaruhnya.
3. Faktor milieu, lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminal dan anti-sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak puber dan adolesen yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola kriminal, asusila dan anti-sosial.
4. Kemiskinan di kota-kota besar, gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam dan lain-lain (Graham, 1983).
Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku delinkuen diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku delinkuen
1.1. Broken home
1.2. Perlindungan lebih
1). Faktor keluarga
1.3. Penolakan orang tua
Faktor eksternal 1.4. Pengaruh buruk dari
orang tua
2). Faktor sekolah
3). Milieu
Sumber: Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta:Radja Grafindo Persada,1998), cet 3, hal. 126.
Faktor keluarga memang sangat berperan dalam pembentukan perilaku menyimpang pada remaja, gangguan-gangguan atau kelainan orang tua dalam menerapkan dukungan keluarga dan praktek-praktek manajemen secara konsisten diketahui berkaitan dengan perilaku anti sosial anak-anak remaja , semidal overproteksi, rejected child dan lain=lain(Santrock, 1995). Sebagai akibat sikap orang tua yang otoriter menurut penelitian Santrock & Warshak (1979) di Amerika Serikat maka anak-anak akan terganggu kemampuannya dalam tingkah laku sosial. Kempe & Helfer menamakan pendidikan yang salah ini dengan WAR (Wold of Abnormal Rearing), yaitu kondisi dimana lingkungan tidak memungkinkan anak untuk mempelajari kemampuan-kemampuan yang paling dasar dalam hubungan antar manusia (Sarwono, 2001.
Selain faktor keluarga dan sekolah, faktor milieu juga sangat berpengaruh terhadap perilaku kenakalan, karena milieu-milieu yang ada dalam masyarakat akan turut mempengaruhi perkembangan perilaku remaja. Menurut Sutherland perilaku menyimpang yang dilakukan remaja sesungguhnya merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. Asumsi yang melandasinya adalah 'a criminal act occurs when situation apropriate for it, as defined by the person, is present' (Rose Gialombardo; 1972). Lebih lanjut menurutnya (Gialombardo, 1972 dalam Suyatno, 2008):
1. Perilaku remaja merupakan perilaku yang dipelajari secara negatif dan berarti perilaku tersebut tidak diwarisi (genetik). Jika ada salah satu anggota keluarga yang berposisi sebagai pemakai maka hal tersebut lebih mungkin disebabkan karena proses belajar dari obyek model dan bukan hasil genetik.
2. Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja dipelajari melalui proses interaksi dengan orang lain dan proses komunikasi dapat berlangsung secara lisan dan melalui bahasa isyarat.
3. Proses mempelajari perilaku bisaanya terjadi pada kelompok dengan pergaulan yang sangat akrab. Remaja dalam pencarian status senantiasa dalam situasi ketidaksesuaian baik secara biologis maupun psikologis. Untuk mengatasi gejolak ini bisaanya mereka cenderung untuk kelompok di mana ia diterima sepenuhnya dalam kelompok tersebut. Termasuk dalam hal ini mempelajari norma-norma dalam kelompok. Apabila kelompok tersebut adalah kelompok negatif niscaya ia harus mengikuti norma yang ada.
a. Apabila perilaku menyimpang remaja dapat dipelajari maka yang dipelajari meliputi: teknik melakukannya, motif atau dorangan serta alasan pembenar termasuk sikap.
b. Arah dan motif serta dorongan dipelajari melalui definisi dari peraturan hukum
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan psikologis anak digambarkan oleh Hasbullah M. Saad (2003) dalam bukunya Perkelahian Pelajar seperti dibawah ini:
Model umum pengaruh kondisi lingkungan terhadap
Perkembangan psikologis anak
Lingkungan makro
Karakter anak
Atensi
Karakter keluarga Interaksi antar perhatian ibu dengan anak
Mainutris
Perkembangan psikologis
Sumber: Hasbullah M. Saad, Perkelahian Pelajar: Potret Siswa SMU di DKI Jakarta, (Yogyakarta:Galang Press, 2003), hal. 32.
BAGIAN III
WAWANCARA & OBSERVASI UNTUK TUJUAN ASSESMENT
Dasar-dasar teori diatas kemudian dijadikan sebagai acuan untuk membuat guide interview & check-List untuk mendapatkan informasi mengenahi latar belakang masalah yang sedang dihadapi oleh saudara As’ad (Perilaku membolos).
1. HASIL OBSERVASI
CHECK LIST UNTUK OBSERVASI KONDISI SUBJEK SAAT INI
No. Aspek Yang diobservasi Penilaian
1. Cara berpakaian sangat rapi
cukup
Tdk rapi
2. Sopan Santun baik
cukup
kurang
3. Pergaulan baik
cukup
kurang
4. Keseriusan dalam mengikuti pelajaran baik
cukup
kurang
5. Mencatat materi pelajaran selalu
kadang2
tdk pernah
6. Membolos sekolah sering
kadang 2
tdk pernah
7. Mengikuti kegiatan ekstra selalu
kadang 2
tdk pernah
8. Mematuhi peraturan sekolah selalu
kadang 2
tdk pernah
9. Cara berinteraksi dengan teman. baik
cukup
kurang
10. Menggunakan bahasa yang positif. selalu
kadang 2
tdk pernah
11. Duduk di barisan depan selalu
kadang 2
tdk pernah
12. Ikut serta dalam diskusi kelas selalu
kadang 2
tdk pernah
Keterangan:
Berilah tanda check list pada kotak penilaian yang sesuai dengan kondisi siswa saat ini.
Untuk penilaian membolos sekolah:
1. Sering (setiap dua minggu ada 1 hari yang tidak masuk).
2. Kadang-kadang (dalam 1 bulan ada 1 hari yang membolos).
CHECK LIST UNTUK OBSERVASI HUBUNGAN
SUBJEK DENGAN ORANG TUA
No. Aspek Yang diobservasi Penilaian
1. Perhatian orang tua baik
cukup
kurang
2. Komunikasi baik
cukup
kurang
3. Cara orang tua berinteraksi dengan anak. baik
cukup
kurang
4. Cara anak berinteraksi dengan orang tua. baik
cukup
kurang
5. Patuh terhadap aturan orang tua. selalu
kadang2
tdk pernah
6. Menghormati orang tua selalu
kadang 2
tdk pernah
7. Penghargaan orang tua terhadap pendapat anak. baik
cukup
kurang
8. Model pendidikan ortu otoriter
demokratis
Keterangan:
Beri tanda check list pada kotak penilaian yang sesuai dengan kondisi
siswa saat ini.
Observasi disekolah dilakukan pada tanggal 24, 31 Mei & 7 Juni dan observasi rumah dilakukan pada tanggal 25 Mei, 1 Juni dan 8 Juni, adapun untuk aspek penilaian membolos sekolah digunakan data absensi kelas. Hasil observasi menunjukkan As’ad adalah termasuk siswa yang tidak begitu disukai oleh teman-teman temannya karena As’ad dalam berkomunikasi dengan teman-temannya selalu menggunakan bahasa-bahasa yang tidak positif seperti kata “jancuk” dan lain sebagainya. Cara berpakaian As’ad juga tidak rapi, bajunya tidak pernah dimasukkan dan rambutnya panjang. Selain itu As’ad juga tidak memiliki sopan santun terhadap guru, ketika berada di dalam kelas A’ad selalu membuat gaduh saat pelajaran sedang berlangsung, tidak pernah mencatat materi yang diberikan oleh guru, tidak pernah mengikuti diskusi dan selalu duduk paling belakang. As’at juga terkenal sebagai siswa yang tidak pernah patuh terhadap peraturan-oeraturan sekolah, seperti tidak pernah mengikuti kegiatan ekstra, selalu membolos dan tidak pernah serius dalam mengikuti pelajaran.
Orang tua As’ad terlalu bersikap otoriter dalam mendidik anak-anaknya terlebih terhadap As’ad karena As’ad tidak pernah patuh dan menghormati aturan-aturan yang ada dalam keluarga. Cara berinteraksi As’ad dengan orang tua atau sebaliknya orang tua dengan As’ad tergolong kurang baik. Dalam lingkungan keluarga As’ad kurang mendapat penghargaan dari orang tua dan kurang diperhatikan, karena orang tua As’ad tidak pernah mau tau terhadap masalah As’ad, yang ada As’ad selalu mendapat marah dari orang tua.
2. HASIL WAWANCARA
Wawancara dilakukan pada tanggal 14 Juni, karena keterbatasan waktu wawancara hanya dilakukan kepada As’ad untuk melengkapi hasil observasi. Adapun hasil wawancara dengan As’ad secara verbatim disajikan dibawah ini:
Baris Isi wawancara Baris Masalah Yang Ditemukan
1
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
119 + Selamat siang mas As’ad
++ Siang pak! (agak tidak suka)
+ maaf mengganggu belajar mas As’ad sebentar
++ tidak apa-apa pak
+ terima kasih. Kalau boleh tau sepulang dari sekolah bisaanya apa kegiatan mas As’ad?
++ bisaanya saya tidak langsung pulang pak, mampir kewarung kopi dulu, baru pulang
+ kenapa mas As’ad tidak langsung pulang dan lebih memilih kewarung kopi dulu?
++ dari pada di rumah dimarahi terus sama orang tua pak, lebih baik kewarung kopi bisa kumpul dengan teman-teman yang lain.
+ bisaanya kewarung kopi mana dan apa yang mas As’ad lakukan di sana?
++ warung kopinya di Maduran Pak di desa saya sendiri, ya Cuma nongkrong saja Pak, kadang-kadang ya sambil main remi (main kartu).
+ sepulang dari warung kopi, apa As’ad juga ikut mengaji di mushollah, saya dapat informasi dari sekolah katanya bapak anda pak haji?
++ yang haji kan orang tua saya pak. Bisaanya ya tidur pak kalau tidak ada acara keluar dengan teman.
+ kalau begitu kapan As’ad belajar?
++ tidak pernah belajar pak, belajar juga buat apa, wong saya ini tidak pernah diperhatikan oleh orang tua saya kok.
+ masuk As’ad tidak memperhatikan?
++ saya itu sebenarnya kepingin masuk ke STM (Sekolah Teknik Mesin), tapi orang tua tidak pernah mau mendengarkan keinginan saya dan akhirnya saya sekolah di SMA Wachid Hasyim ini pak.
+ kalau boleh tau apa yang menjadi alasan orang tua As’ad lebih memilih SMA daripada STM?
++ orang tua saya itu kepinginnya saya jadi guru agama, saya pernah dipondokkan di pesantren Langitan Tuban tapi saya tidak kerasan.
+ apa karena tidak boleh masuk STM itu yang membuat As’ad selalu membolos sekolah?
++ iya pak, lawong saya itu tidak berminat sekolah diselain STM, ya mau bagaimana lagi pak, saya itu tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
+ As’ad bisa bertanya pada teman-teman yang lain kan?
++ teman-teman tidak ada yang suka dengan saya pak, soalnya kata teman-teman saya itu kalau bicara arogan. Makanya saya sering bolos karena saya tidak punya teman di sekolah, lebih baik saya kewarung kopi banyak yang menghargai saya.
+ apa As’ad tidak merasa rugi kalau As’ad selalu membolos sekolah?
++ tidak pak buat apa wong saya memang sudah tidak suka sekolah disini. Kalau orang tua saya mau memindahkan ke STM ya saya akan rajin sekolah pak.
+ belajar mesin kan tidak hanya di sekolah, As’ad bisa ambil kursus mesin sambil tetap sekolah. Selain As’ad senang orang tua As’ad juga senang. Apa As’ad tidak pernah coba membicarakan kepada orang tua As’ad?
++ saya itu jarang bicara dengan orang tua saya pak, begitu juga dengan orang tua saya. Paling-paling kalau mau marahi atau menyuruh saya saja baru bicara. Mereka itu tidak pernah mau tau dengan keinginan anak-naknya. Makanya kakak saya dulu juga sering dapat masalah di sekolah seperti saya ini.
+ jadi komunikasi As’ad dengan orang tua selama ini bagaimana?
++ ya seperti yang saya bilang tadi pak.
+ menurut informasi dari guru BK, As’ad juga tidak punya sopan santun pada guru dan tidak pernah ikut kegiatan ekstra kulikuler, apa benar demikian?
++ saya tidak pernah mengikuti kegiatan ekstra kulikuler karena tidak ada yang saya sukai pak, jadi buat apa saya ikut. Kalau tidak sopan dengan para guru….saya sopan kok pak (defend)
+ pernah tidak As’ad bicara sendiri saat pelajaran berlangsung?
++ sering pak, saya tidak suka dengan pelajarannya makanya saya tidak mau mendengarkan pak.
+ apa As’ad selalu mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan oleh pak guru?
++ tidak pak.
+ baik, apa alasan As’ad tidak pernah memasukkan baju dan berambut panjang?
++ biar keren pak, biar kelihatan macho, kalau tidak begini tidak ada cewek yang naksir saya donk pak, sudah bodoh dan tidak keren. Kalau begini kan keren pak.
+ lalu apa yang membuat As’ad tidak pernah mematuhi peraturan orang tua?
++ mereka juga tidak pernah memperhatikan saya pak.
+ maksud As’ad?
++ mereka kan maunya menang sendiri. Mereka juga tidak pernah memberii penghargaan atas prestasi saya. Saya pernah menag juara 1 dalam lomba menggambar tingkat kecamatan. Semua teman memberii ucapan selama. Tapi orang tua saya bisaa saja dan tidak menghargai saya.
+ baik, kalau begitu untuk sementara cukup dulu. Terima kasih dan minggu depan saya akan memanggil As’ad lagi untuk mendengarkan keinginan-keinginana As’ad yang nanti akan saya sampaikan kepada orang tua As’ad. Bagaimana anda bersedia.
++ asalkan untuk saya pak.
+ baik.
5 – 9
12
21 – 26
26 – 28
31 -34
40 – 45
50 -53
55 – 60
65-70
80 -84
85 – 89
90 – 93
95-100
103-105
105-110
Keluyuran
Selalu dimarahi ortu
Tidak mau mengikuti aturan orang tua.
Tidak pernah belajar
Tidak suka dengan sekolahnya.
Membolos sekolah
Tidak bisa mengikuti pelajaran.
Tidak disukai oleh teman
Tidak punya motivasi
Komunikasi dengan orang tua tidak baik.
Tidak pernah ikut ekstra kulikuler
Tidak mendengarkan guru
Tidak pernah mengrjakan PR
Tidak pernah berpakaian rapi
Tidak diperhatikan orang tua
Tidak pernah dihargai orang tua
Hasil wawancara menunjukkan bahwa perilaku membolos sekolah saudara As’ad disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Faktor internal
Faktor emosi, dalam hal ini adalah ketidak mampuan subjek secara emosi dalam mensikapi perlakuan orang tua yang terlalu otoriter dan tidak memberi ruang diskusi pada subjek. Sehingga subjek merespon sikap orang tua yang demikian dengan melakukan perilaku-perilaku yang melanggar aturan-aturan keluarga dan aturan-aturan sekolah. Ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kartini Kartono (1998), bahwa gangguan emosional pada anak-anak remaja, perasaan atau emosi memberiikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar kecilnya kebagahiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia, jika semua terpuaskan orang akan merasa senang dan sebaliknya jika tidak orang akan mengalami kekecewaan dan frustrasi yang dapat mengarah pada tindakan-tindakan agresif. Gangguan-gangguan fungsi emosi ini dapat berupa: inkontinensi emosional (emosi yang tidak terkendali), labilitas emosional (suasana hati yang terus menerus berubah, ketidak pekaan dan menumpulnya perasaan.
Ketidak mampuan subjek dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah. Philip Graham (1983) menjelaskan bahwa factor ketidak mampuan subjek dalam menyesuaikan diri juga dapat menyebabkan perilaku delinkuen.
Reaksi frustrasi. Dalam hal ini adalah ketidak puasan subjek terhadap keputusan memasukkan dirinya ke sekolah SMA, yang kemudian direspon secara negative oleh subjek, seperti tidak mau memperhatikan guru dan membolos.
2. Faktor eksternal
Pola asuh keluarga yang otoriter. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Santrock, menurutnya faktor keluarga memang sangat berperan dalam pembentukan perilaku menyimpang pada remaja, gangguan-gangguan atau kelainan orang tua dalam menerapkan dukungan keluarga dan praktek-praktek manajemen secara konsisten diketahui berkaitan dengan perilaku anti sosial anak-anak remaja , semidal overproteksi, rejected child dan lain=lain(Santrock, 1995). Sebagai akibat sikap orang tua yang otoriter menurut penelitian Santrock & Warshak (1979) di Amerika Serikat maka anak-anak akan terganggu kemampuannya dalam tingkah laku sosial. Kempe & Helfer menamakan pendidikan yang salah ini dengan WAR (Wold of Abnormal Rearing), yaitu kondisi dimana lingkungan tidak memungkinkan anak untuk mempelajari kemampuan-kemampuan yang paling dasar dalam hubungan antar manusia (Sarwono, 2001).
Lingkungan sekolah. Kondisi sekolah yang belum memiliki tenaga Psikolog membuat As’ad cuma menjadi bahan cemoohan dan tidak mendapat problem solving yang tepat, akibatnya As’ad cenderung menarik diri dari pergaulan sekolah dan lebih memilih bergaul dengan remaja-remaja yang nongkrong diwarung kopi.
BAGIAN IV
PENANGANAN KASUS
UNTUK TUJUAN PENYELESAIAN MASALAH AS’AD
Untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh As’ad. Dapat dilakukan konseling kepada As’ad yang berorientasi pada menumbuhkan kesadaran pada diri subjek bahwa cara dirinya mensikapi pendidikan orang tuanya yang terlalu otoriter itu kurang tepat, karena langkah yang diambil oleh subjek justeru merugikan diri subjek sendiri. Selain itu konseling juga diarahkan pada menjadikan subjek sebagai orang yang mampu bertanggung jawab terhadap dirinya. Dengan teknik-teknik konfrontasi dengan pendekatan RET (Rational Emotif) dan Pendekatan Realitas akan mampu membantu subjek menyelesaikan masalahnya secara positif dan konstruktif.
Selain itu, konseling juga dilakukan kepada kedua orang tua As’ad, untuk memberii pengertian kepada mereka akan pentingnya komunikasi dalam keluarga. Selain itu konseling ditujukan untuk memberi pengertian kepada orang tua, bahwa sangat disarankan kepada orang tua untuk menempatkan anak pada pendidikan yang sesuai dengan minat anak. Berkaitan dengan masalah As’ad orang tua dapat disarankan untuk mencarikan solusi alternative untuk mengembangkan potensi yang dimiliki As’ad, dengan memasukkan As’ad pada kursus Teknik Mesin.
UNTUK TUJUAN MEMINIMALISASI PREVALENSI MEMBOLOS PADA SISWA SMA WACHID HASYIM
Untuk tujuan diatas, dapat dibuat program kegiatan semisal seminar tentang pendidikan anak yang diperuntukkan untuk para orang tua yang anaknya memiliki masalah di sekolah dan dapat dibuat program seminar tentang pentingnya management diri untuk mencapai kesuksesan dimasa depan yang diperuntukkan bagi para siswa yang bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock., E. B., 1993, Psikologi Perkembangan Edisi ke-5, Jakarta:Erlangga.
Kartono., Kartini, 1998, Patologi Sosial 2, Jakarta:Radja Grafindo Persada.
Monks., F.J., dkk, 2002, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Mulyono., Y. Bambang, 1995, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, Yogyakarta:Kanisius.
Saad., Hasbullah M., 2003, Perkelahian Pelajar;Potret Siswa SMU di DKI Jakarta, Yogyakarta:Galang Press.
Santrock., John W., 1995, Perkembangan Masa Hidup jilid 2. Terjemahan oleh Juda Damanika & Ach. Chusairi, Jakarta:Erlangga.
Sarwono., Sarlito Wirawan, 2001, Psikologi Remaja, Jakarta:Radja Grafindo Persada.
Sudarsono, 1995, Kenakalan Remaja, Jakarta:Rineka Cipta.
Tambunan., Raimon, Perkelahian Pelajar, http// e-psikologi.com, diakses 20 Mei 2008.
Suyatno., Bagong, Memahami Remaja Dari Berbagai Perspektif Kajian Sosiologis, http://bkkbn.go.id, diakses 20 Mei 2008.
PARENGAN – MADURAN – LAMONGAN
BAGIAN I
LATAR BELAKANG MASALAH
A. IDENTITAS SISWA
Nama : M
Tempat & Tanggal Lahir : Lamongan 22 Desember 1990
Alamat : Jl. Mangga 28 Maduran
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 18 Tahun
Agama : Islam
Kelas : 2 A
Orang tua : H
Pekerjaan : Petani
B. PELANGGARAN YANG DILAKUKAN
Sering membolos sekolah
C. SUMBER INFORMASI
Informasi diperoleh dari guru BK SMA Wachid Hasyim. Berdasar data dari guru BK. Saudara As’ad tercatat rata-rata membolos 4 -5 kali dalam satu bulan.
D. TUJUAN DILAKUKANNYA WAWANCARA DAN OBSERVASI
1. Tujuan khusus : Untuk mengetahui latar belakang perilaku membolos saudara As’ad dan untuk menentukan langkah-langkah penanganannya.
2. Tujuan umum : Hasil wawancara dan observasi ini, nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan sebuah program yang bertujuan untuk meminimalisasi prevalensi perilaku membolos sekolah pada siswa-siswi SMA Wahid Hasyim. Mengingat sebagai suatu komunitas, tentunya antara siswa yang satu dengan siswa yang lain banyak memiliki kesamaan, baik dari segi fase perkembangan, status sosial orang tua, dan tingkat ekonomi. Sehingga hasil wawancara dan observasi terhadap saudara As’ad ini nantinya akan dapat digunakan sebagai dasar yang relevan dalam menentukan sebuah program penanganan untuk mengurangi prevalensi perilaku membolos pada siswa-siswi SMA Wachid Hasyim.
BAGIAN II
TEORI RUJUKAN
REMAJA
Masa remaja sebagai masa penuh kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat (Hurlock, 1993). Calon (1953) dalam Monks (2002) mengatakan masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak, karena secara fisik mereka sudah seperti orang dewasa. Perkembangan fisik dan psikis menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode sturm und drung dan akan membawah akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja (Monsk, 2002). Lebih jelas pada tahun 1974, WHO memberiikan definisi tentang remaja secara lebih konseptual, sebagai berikut (Sarwono, 2001):
Remaja adalah suatu masa dimana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
DELINKUEN
Ada beberapa pengertian tentang perilaku delinkuen, M. Gold dan J. Petronio dalam (Sarwono, 2001) mengartikan kenakalan remaja sebagai tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatan itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman. Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan anak nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial, moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau masyarakat (Pusda Depsos RI, 1999). B. Simanjutak dalam (Sudarsono, 1995) memberii tinjauan secara sosiokultural tentang arti Juvenile Delinquency atau kenakalan remaja, suatu perbuatan itu disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, atau suatu perbuatan yang anti-sosial dimana didalamnya terkandung unsur-unsur normatif. Psikolog Bimo Walgito dalam (Sudarsono, 1995) merumuskan arti selengkapnya dari Juvenile Delinquency sebagai tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan berbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja. Sementara John W. Santrock (1995) mendefinisikan, kenakalan remaja (Juvenile Delinquency) mengacu pada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti bertindak berlebihan disekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah), hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri).
BENTUK- BENTUK KENAKALAN
William C. Kvaraceus dalam (Mulyono, 1995) membagi bentuk kenakalan menjadi dua, yaitu:
1. Kenakalan bisaa seperti: Berbohong, membolos sekolah, meninggalkan rumah tanpa izin (kabur), keluyuran, memiliki dan membawa benda tajam, bergaul dengan teman yang memberii pengaruh buruk, berpesta pora, membaca buku-buku cabul, turut dalam pelacuran atau melacurkan diri, berpakaian tidak pantas dan minum minuman keras.
2. Kenakalan Pelanggaran Hukum, seperti: berjudi, mencuri, mencopet, menjambret, merampas, penggelapan barang, penipuan dan pemalsuan, menjual gambar-gambar porno dan film-film porno, pemerkosaan, pemalsuan uang, perbuatan yang merugikan orang lain, pembunuhan dan pengguguran kandungan.
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU DELINKUEN
Menurut Kartini Kartono (1998), Juvenile Delinquency adalah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangakan tingkah laku yang menyimpang.
Kartini Kartono (1998) membagi faktor penyebab perilaku delinkuen menjadi dua bagian sebagai berikut:
FAKTOR INTERNAL
Perilaku delinkuen pada dasarnya merupakan kegagalan sistem pengontrol diri anak terhadap dorongan-dorongan instingtifnya, mereka tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan instingtifnya dan menyalurkan kedalam perbuatan yang bermanfaat. Pandangan psikoanalisa menyatakan bahwa sumber semua gangguan psikiatris, termasuk gangguan pada perkembangan anak menuju dewasa serta proses adaptasinya terhadap tuntutan lingkungan sekitar ada pada individu itu sendiri, barupa:
1. Konflik batiniah, yaitu pertentangan antara dorongan infatil kekanak-kanakan melawan pertimbangan yang lebih rasional.
2. Pemasakan intra psikis yang keliru terhadap semua pengalaman, sehingga terjadi harapan palsu, fantasi, ilusi, kecemasan (sifatnya semu tetapi dihayati oleh anak sebagai kenyataan). Sebagai akibatnya anak mereaksi dengan pola tingkah laku yang salah, berupa: apatisme, putus asa, pelarian diri, agresi, tindak kekerasan, berkelahi dan lain-lain.
3. Menggunakan reaksi frustrasi negatif (mekanisme pelarian dan pembelaan diri yang salah), lewat cara-cara penyelesaian yang tidak rasional, seperti: agresi, regresi, fiksasi, rasionalisasi dan lain-lain.
Selain sebab-sebab diatas perilaku delinkuen juga dapat diakibatkan oleh:
1. Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak-anak remaja.
2. Gangguan berfikir dan inteligensi pada diri remaja, hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang lebih 30% dari anak-anak yang terbelakang mentalnya menjadi kriminal.
3. Gangguan emosional pada anak-anak remaja, perasaan atau emosi memberiikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar kecilnya kebagahiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia, jika semua terpuaskan orang akan merasa senang dan sebaliknya jika tidak orang akan mengalami kekecewaan dan frustrasi yang dapat mengarah pada tindakan-tindakan agresif. Gangguan-gangguan fungsi emosi ini dapat berupa: inkontinensi emosional (emosi yang tidak terkendali), labilitas emosional (suasana hati yang terus menerus berubah, ketidak pekaan dan menumpulnya perasaan.
4. Cacat tubuh, faktor bakat yang mempengaruhi temperamen, dan ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri (Philip Graham, 1983 dalam Sarwono, 2001).
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, perilaku delinkuen merupakan kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin karena ketidak matangan remaja dalam merespon stimuli yang ada diluar dirinya. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat (Tambunan, 2008).
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku delinkuen diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
faktor-faktor internal penyebab perilaku delinkuen
1). Reaksi frustrasi negatif
2). Gangguan pengamatan dan tanggapan
Faktor internal
3). Gangguan cara berfikir
4). Gangguan emosional atau perasaan
Sumber: Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta:Radja Grafindo Persada,1998), cet 3, hal. 120.
FAKTOR EKSTERNAL
Disamping faktor-faktor internal, perilaku delinkuen juga dapat diakibatkan oleh faktor-faktor yang berada diluar diri remaja, seperti (Kartono, 1998):
1. Faktor keluarga, keluarga merupakan wadah pembentukan peribadi anggota keluarga terutama bagi remaja yang sedang dalam masa peralihan, tetapi apabila pendidikan dalam keluarga itu gagal akan terbentuk seorang anak yang cenderung berperilaku delinkuen, semisal kondisi disharmoni keluarga (broken home), overproteksi dari orang tua, rejected child, dll.
2. Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan, semisal: kurikulum yang tidak jelas, guru yang kurang memahawi kejiwaan remaja dan sarana sekolah yang kurang memadai sering menyebabkan munculnya perilaku kenakalan pada remaja. Walaupun demikian faktor yang berpengaruh di sekolah bukan hanya guru dan sarana serta perasarana pendidikan saja. Lingkungan pergaulan antar teman pun besar pengaruhnya.
3. Faktor milieu, lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminal dan anti-sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak puber dan adolesen yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola kriminal, asusila dan anti-sosial.
4. Kemiskinan di kota-kota besar, gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam dan lain-lain (Graham, 1983).
Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku delinkuen diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku delinkuen
1.1. Broken home
1.2. Perlindungan lebih
1). Faktor keluarga
1.3. Penolakan orang tua
Faktor eksternal 1.4. Pengaruh buruk dari
orang tua
2). Faktor sekolah
3). Milieu
Sumber: Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta:Radja Grafindo Persada,1998), cet 3, hal. 126.
Faktor keluarga memang sangat berperan dalam pembentukan perilaku menyimpang pada remaja, gangguan-gangguan atau kelainan orang tua dalam menerapkan dukungan keluarga dan praktek-praktek manajemen secara konsisten diketahui berkaitan dengan perilaku anti sosial anak-anak remaja , semidal overproteksi, rejected child dan lain=lain(Santrock, 1995). Sebagai akibat sikap orang tua yang otoriter menurut penelitian Santrock & Warshak (1979) di Amerika Serikat maka anak-anak akan terganggu kemampuannya dalam tingkah laku sosial. Kempe & Helfer menamakan pendidikan yang salah ini dengan WAR (Wold of Abnormal Rearing), yaitu kondisi dimana lingkungan tidak memungkinkan anak untuk mempelajari kemampuan-kemampuan yang paling dasar dalam hubungan antar manusia (Sarwono, 2001.
Selain faktor keluarga dan sekolah, faktor milieu juga sangat berpengaruh terhadap perilaku kenakalan, karena milieu-milieu yang ada dalam masyarakat akan turut mempengaruhi perkembangan perilaku remaja. Menurut Sutherland perilaku menyimpang yang dilakukan remaja sesungguhnya merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. Asumsi yang melandasinya adalah 'a criminal act occurs when situation apropriate for it, as defined by the person, is present' (Rose Gialombardo; 1972). Lebih lanjut menurutnya (Gialombardo, 1972 dalam Suyatno, 2008):
1. Perilaku remaja merupakan perilaku yang dipelajari secara negatif dan berarti perilaku tersebut tidak diwarisi (genetik). Jika ada salah satu anggota keluarga yang berposisi sebagai pemakai maka hal tersebut lebih mungkin disebabkan karena proses belajar dari obyek model dan bukan hasil genetik.
2. Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja dipelajari melalui proses interaksi dengan orang lain dan proses komunikasi dapat berlangsung secara lisan dan melalui bahasa isyarat.
3. Proses mempelajari perilaku bisaanya terjadi pada kelompok dengan pergaulan yang sangat akrab. Remaja dalam pencarian status senantiasa dalam situasi ketidaksesuaian baik secara biologis maupun psikologis. Untuk mengatasi gejolak ini bisaanya mereka cenderung untuk kelompok di mana ia diterima sepenuhnya dalam kelompok tersebut. Termasuk dalam hal ini mempelajari norma-norma dalam kelompok. Apabila kelompok tersebut adalah kelompok negatif niscaya ia harus mengikuti norma yang ada.
a. Apabila perilaku menyimpang remaja dapat dipelajari maka yang dipelajari meliputi: teknik melakukannya, motif atau dorangan serta alasan pembenar termasuk sikap.
b. Arah dan motif serta dorongan dipelajari melalui definisi dari peraturan hukum
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan psikologis anak digambarkan oleh Hasbullah M. Saad (2003) dalam bukunya Perkelahian Pelajar seperti dibawah ini:
Model umum pengaruh kondisi lingkungan terhadap
Perkembangan psikologis anak
Lingkungan makro
Karakter anak
Atensi
Karakter keluarga Interaksi antar perhatian ibu dengan anak
Mainutris
Perkembangan psikologis
Sumber: Hasbullah M. Saad, Perkelahian Pelajar: Potret Siswa SMU di DKI Jakarta, (Yogyakarta:Galang Press, 2003), hal. 32.
BAGIAN III
WAWANCARA & OBSERVASI UNTUK TUJUAN ASSESMENT
Dasar-dasar teori diatas kemudian dijadikan sebagai acuan untuk membuat guide interview & check-List untuk mendapatkan informasi mengenahi latar belakang masalah yang sedang dihadapi oleh saudara As’ad (Perilaku membolos).
1. HASIL OBSERVASI
CHECK LIST UNTUK OBSERVASI KONDISI SUBJEK SAAT INI
No. Aspek Yang diobservasi Penilaian
1. Cara berpakaian sangat rapi
cukup
Tdk rapi
2. Sopan Santun baik
cukup
kurang
3. Pergaulan baik
cukup
kurang
4. Keseriusan dalam mengikuti pelajaran baik
cukup
kurang
5. Mencatat materi pelajaran selalu
kadang2
tdk pernah
6. Membolos sekolah sering
kadang 2
tdk pernah
7. Mengikuti kegiatan ekstra selalu
kadang 2
tdk pernah
8. Mematuhi peraturan sekolah selalu
kadang 2
tdk pernah
9. Cara berinteraksi dengan teman. baik
cukup
kurang
10. Menggunakan bahasa yang positif. selalu
kadang 2
tdk pernah
11. Duduk di barisan depan selalu
kadang 2
tdk pernah
12. Ikut serta dalam diskusi kelas selalu
kadang 2
tdk pernah
Keterangan:
Berilah tanda check list pada kotak penilaian yang sesuai dengan kondisi siswa saat ini.
Untuk penilaian membolos sekolah:
1. Sering (setiap dua minggu ada 1 hari yang tidak masuk).
2. Kadang-kadang (dalam 1 bulan ada 1 hari yang membolos).
CHECK LIST UNTUK OBSERVASI HUBUNGAN
SUBJEK DENGAN ORANG TUA
No. Aspek Yang diobservasi Penilaian
1. Perhatian orang tua baik
cukup
kurang
2. Komunikasi baik
cukup
kurang
3. Cara orang tua berinteraksi dengan anak. baik
cukup
kurang
4. Cara anak berinteraksi dengan orang tua. baik
cukup
kurang
5. Patuh terhadap aturan orang tua. selalu
kadang2
tdk pernah
6. Menghormati orang tua selalu
kadang 2
tdk pernah
7. Penghargaan orang tua terhadap pendapat anak. baik
cukup
kurang
8. Model pendidikan ortu otoriter
demokratis
Keterangan:
Beri tanda check list pada kotak penilaian yang sesuai dengan kondisi
siswa saat ini.
Observasi disekolah dilakukan pada tanggal 24, 31 Mei & 7 Juni dan observasi rumah dilakukan pada tanggal 25 Mei, 1 Juni dan 8 Juni, adapun untuk aspek penilaian membolos sekolah digunakan data absensi kelas. Hasil observasi menunjukkan As’ad adalah termasuk siswa yang tidak begitu disukai oleh teman-teman temannya karena As’ad dalam berkomunikasi dengan teman-temannya selalu menggunakan bahasa-bahasa yang tidak positif seperti kata “jancuk” dan lain sebagainya. Cara berpakaian As’ad juga tidak rapi, bajunya tidak pernah dimasukkan dan rambutnya panjang. Selain itu As’ad juga tidak memiliki sopan santun terhadap guru, ketika berada di dalam kelas A’ad selalu membuat gaduh saat pelajaran sedang berlangsung, tidak pernah mencatat materi yang diberikan oleh guru, tidak pernah mengikuti diskusi dan selalu duduk paling belakang. As’at juga terkenal sebagai siswa yang tidak pernah patuh terhadap peraturan-oeraturan sekolah, seperti tidak pernah mengikuti kegiatan ekstra, selalu membolos dan tidak pernah serius dalam mengikuti pelajaran.
Orang tua As’ad terlalu bersikap otoriter dalam mendidik anak-anaknya terlebih terhadap As’ad karena As’ad tidak pernah patuh dan menghormati aturan-aturan yang ada dalam keluarga. Cara berinteraksi As’ad dengan orang tua atau sebaliknya orang tua dengan As’ad tergolong kurang baik. Dalam lingkungan keluarga As’ad kurang mendapat penghargaan dari orang tua dan kurang diperhatikan, karena orang tua As’ad tidak pernah mau tau terhadap masalah As’ad, yang ada As’ad selalu mendapat marah dari orang tua.
2. HASIL WAWANCARA
Wawancara dilakukan pada tanggal 14 Juni, karena keterbatasan waktu wawancara hanya dilakukan kepada As’ad untuk melengkapi hasil observasi. Adapun hasil wawancara dengan As’ad secara verbatim disajikan dibawah ini:
Baris Isi wawancara Baris Masalah Yang Ditemukan
1
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
119 + Selamat siang mas As’ad
++ Siang pak! (agak tidak suka)
+ maaf mengganggu belajar mas As’ad sebentar
++ tidak apa-apa pak
+ terima kasih. Kalau boleh tau sepulang dari sekolah bisaanya apa kegiatan mas As’ad?
++ bisaanya saya tidak langsung pulang pak, mampir kewarung kopi dulu, baru pulang
+ kenapa mas As’ad tidak langsung pulang dan lebih memilih kewarung kopi dulu?
++ dari pada di rumah dimarahi terus sama orang tua pak, lebih baik kewarung kopi bisa kumpul dengan teman-teman yang lain.
+ bisaanya kewarung kopi mana dan apa yang mas As’ad lakukan di sana?
++ warung kopinya di Maduran Pak di desa saya sendiri, ya Cuma nongkrong saja Pak, kadang-kadang ya sambil main remi (main kartu).
+ sepulang dari warung kopi, apa As’ad juga ikut mengaji di mushollah, saya dapat informasi dari sekolah katanya bapak anda pak haji?
++ yang haji kan orang tua saya pak. Bisaanya ya tidur pak kalau tidak ada acara keluar dengan teman.
+ kalau begitu kapan As’ad belajar?
++ tidak pernah belajar pak, belajar juga buat apa, wong saya ini tidak pernah diperhatikan oleh orang tua saya kok.
+ masuk As’ad tidak memperhatikan?
++ saya itu sebenarnya kepingin masuk ke STM (Sekolah Teknik Mesin), tapi orang tua tidak pernah mau mendengarkan keinginan saya dan akhirnya saya sekolah di SMA Wachid Hasyim ini pak.
+ kalau boleh tau apa yang menjadi alasan orang tua As’ad lebih memilih SMA daripada STM?
++ orang tua saya itu kepinginnya saya jadi guru agama, saya pernah dipondokkan di pesantren Langitan Tuban tapi saya tidak kerasan.
+ apa karena tidak boleh masuk STM itu yang membuat As’ad selalu membolos sekolah?
++ iya pak, lawong saya itu tidak berminat sekolah diselain STM, ya mau bagaimana lagi pak, saya itu tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
+ As’ad bisa bertanya pada teman-teman yang lain kan?
++ teman-teman tidak ada yang suka dengan saya pak, soalnya kata teman-teman saya itu kalau bicara arogan. Makanya saya sering bolos karena saya tidak punya teman di sekolah, lebih baik saya kewarung kopi banyak yang menghargai saya.
+ apa As’ad tidak merasa rugi kalau As’ad selalu membolos sekolah?
++ tidak pak buat apa wong saya memang sudah tidak suka sekolah disini. Kalau orang tua saya mau memindahkan ke STM ya saya akan rajin sekolah pak.
+ belajar mesin kan tidak hanya di sekolah, As’ad bisa ambil kursus mesin sambil tetap sekolah. Selain As’ad senang orang tua As’ad juga senang. Apa As’ad tidak pernah coba membicarakan kepada orang tua As’ad?
++ saya itu jarang bicara dengan orang tua saya pak, begitu juga dengan orang tua saya. Paling-paling kalau mau marahi atau menyuruh saya saja baru bicara. Mereka itu tidak pernah mau tau dengan keinginan anak-naknya. Makanya kakak saya dulu juga sering dapat masalah di sekolah seperti saya ini.
+ jadi komunikasi As’ad dengan orang tua selama ini bagaimana?
++ ya seperti yang saya bilang tadi pak.
+ menurut informasi dari guru BK, As’ad juga tidak punya sopan santun pada guru dan tidak pernah ikut kegiatan ekstra kulikuler, apa benar demikian?
++ saya tidak pernah mengikuti kegiatan ekstra kulikuler karena tidak ada yang saya sukai pak, jadi buat apa saya ikut. Kalau tidak sopan dengan para guru….saya sopan kok pak (defend)
+ pernah tidak As’ad bicara sendiri saat pelajaran berlangsung?
++ sering pak, saya tidak suka dengan pelajarannya makanya saya tidak mau mendengarkan pak.
+ apa As’ad selalu mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan oleh pak guru?
++ tidak pak.
+ baik, apa alasan As’ad tidak pernah memasukkan baju dan berambut panjang?
++ biar keren pak, biar kelihatan macho, kalau tidak begini tidak ada cewek yang naksir saya donk pak, sudah bodoh dan tidak keren. Kalau begini kan keren pak.
+ lalu apa yang membuat As’ad tidak pernah mematuhi peraturan orang tua?
++ mereka juga tidak pernah memperhatikan saya pak.
+ maksud As’ad?
++ mereka kan maunya menang sendiri. Mereka juga tidak pernah memberii penghargaan atas prestasi saya. Saya pernah menag juara 1 dalam lomba menggambar tingkat kecamatan. Semua teman memberii ucapan selama. Tapi orang tua saya bisaa saja dan tidak menghargai saya.
+ baik, kalau begitu untuk sementara cukup dulu. Terima kasih dan minggu depan saya akan memanggil As’ad lagi untuk mendengarkan keinginan-keinginana As’ad yang nanti akan saya sampaikan kepada orang tua As’ad. Bagaimana anda bersedia.
++ asalkan untuk saya pak.
+ baik.
5 – 9
12
21 – 26
26 – 28
31 -34
40 – 45
50 -53
55 – 60
65-70
80 -84
85 – 89
90 – 93
95-100
103-105
105-110
Keluyuran
Selalu dimarahi ortu
Tidak mau mengikuti aturan orang tua.
Tidak pernah belajar
Tidak suka dengan sekolahnya.
Membolos sekolah
Tidak bisa mengikuti pelajaran.
Tidak disukai oleh teman
Tidak punya motivasi
Komunikasi dengan orang tua tidak baik.
Tidak pernah ikut ekstra kulikuler
Tidak mendengarkan guru
Tidak pernah mengrjakan PR
Tidak pernah berpakaian rapi
Tidak diperhatikan orang tua
Tidak pernah dihargai orang tua
Hasil wawancara menunjukkan bahwa perilaku membolos sekolah saudara As’ad disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Faktor internal
Faktor emosi, dalam hal ini adalah ketidak mampuan subjek secara emosi dalam mensikapi perlakuan orang tua yang terlalu otoriter dan tidak memberi ruang diskusi pada subjek. Sehingga subjek merespon sikap orang tua yang demikian dengan melakukan perilaku-perilaku yang melanggar aturan-aturan keluarga dan aturan-aturan sekolah. Ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kartini Kartono (1998), bahwa gangguan emosional pada anak-anak remaja, perasaan atau emosi memberiikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar kecilnya kebagahiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia, jika semua terpuaskan orang akan merasa senang dan sebaliknya jika tidak orang akan mengalami kekecewaan dan frustrasi yang dapat mengarah pada tindakan-tindakan agresif. Gangguan-gangguan fungsi emosi ini dapat berupa: inkontinensi emosional (emosi yang tidak terkendali), labilitas emosional (suasana hati yang terus menerus berubah, ketidak pekaan dan menumpulnya perasaan.
Ketidak mampuan subjek dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah. Philip Graham (1983) menjelaskan bahwa factor ketidak mampuan subjek dalam menyesuaikan diri juga dapat menyebabkan perilaku delinkuen.
Reaksi frustrasi. Dalam hal ini adalah ketidak puasan subjek terhadap keputusan memasukkan dirinya ke sekolah SMA, yang kemudian direspon secara negative oleh subjek, seperti tidak mau memperhatikan guru dan membolos.
2. Faktor eksternal
Pola asuh keluarga yang otoriter. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Santrock, menurutnya faktor keluarga memang sangat berperan dalam pembentukan perilaku menyimpang pada remaja, gangguan-gangguan atau kelainan orang tua dalam menerapkan dukungan keluarga dan praktek-praktek manajemen secara konsisten diketahui berkaitan dengan perilaku anti sosial anak-anak remaja , semidal overproteksi, rejected child dan lain=lain(Santrock, 1995). Sebagai akibat sikap orang tua yang otoriter menurut penelitian Santrock & Warshak (1979) di Amerika Serikat maka anak-anak akan terganggu kemampuannya dalam tingkah laku sosial. Kempe & Helfer menamakan pendidikan yang salah ini dengan WAR (Wold of Abnormal Rearing), yaitu kondisi dimana lingkungan tidak memungkinkan anak untuk mempelajari kemampuan-kemampuan yang paling dasar dalam hubungan antar manusia (Sarwono, 2001).
Lingkungan sekolah. Kondisi sekolah yang belum memiliki tenaga Psikolog membuat As’ad cuma menjadi bahan cemoohan dan tidak mendapat problem solving yang tepat, akibatnya As’ad cenderung menarik diri dari pergaulan sekolah dan lebih memilih bergaul dengan remaja-remaja yang nongkrong diwarung kopi.
BAGIAN IV
PENANGANAN KASUS
UNTUK TUJUAN PENYELESAIAN MASALAH AS’AD
Untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh As’ad. Dapat dilakukan konseling kepada As’ad yang berorientasi pada menumbuhkan kesadaran pada diri subjek bahwa cara dirinya mensikapi pendidikan orang tuanya yang terlalu otoriter itu kurang tepat, karena langkah yang diambil oleh subjek justeru merugikan diri subjek sendiri. Selain itu konseling juga diarahkan pada menjadikan subjek sebagai orang yang mampu bertanggung jawab terhadap dirinya. Dengan teknik-teknik konfrontasi dengan pendekatan RET (Rational Emotif) dan Pendekatan Realitas akan mampu membantu subjek menyelesaikan masalahnya secara positif dan konstruktif.
Selain itu, konseling juga dilakukan kepada kedua orang tua As’ad, untuk memberii pengertian kepada mereka akan pentingnya komunikasi dalam keluarga. Selain itu konseling ditujukan untuk memberi pengertian kepada orang tua, bahwa sangat disarankan kepada orang tua untuk menempatkan anak pada pendidikan yang sesuai dengan minat anak. Berkaitan dengan masalah As’ad orang tua dapat disarankan untuk mencarikan solusi alternative untuk mengembangkan potensi yang dimiliki As’ad, dengan memasukkan As’ad pada kursus Teknik Mesin.
UNTUK TUJUAN MEMINIMALISASI PREVALENSI MEMBOLOS PADA SISWA SMA WACHID HASYIM
Untuk tujuan diatas, dapat dibuat program kegiatan semisal seminar tentang pendidikan anak yang diperuntukkan untuk para orang tua yang anaknya memiliki masalah di sekolah dan dapat dibuat program seminar tentang pentingnya management diri untuk mencapai kesuksesan dimasa depan yang diperuntukkan bagi para siswa yang bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock., E. B., 1993, Psikologi Perkembangan Edisi ke-5, Jakarta:Erlangga.
Kartono., Kartini, 1998, Patologi Sosial 2, Jakarta:Radja Grafindo Persada.
Monks., F.J., dkk, 2002, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Mulyono., Y. Bambang, 1995, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, Yogyakarta:Kanisius.
Saad., Hasbullah M., 2003, Perkelahian Pelajar;Potret Siswa SMU di DKI Jakarta, Yogyakarta:Galang Press.
Santrock., John W., 1995, Perkembangan Masa Hidup jilid 2. Terjemahan oleh Juda Damanika & Ach. Chusairi, Jakarta:Erlangga.
Sarwono., Sarlito Wirawan, 2001, Psikologi Remaja, Jakarta:Radja Grafindo Persada.
Sudarsono, 1995, Kenakalan Remaja, Jakarta:Rineka Cipta.
Tambunan., Raimon, Perkelahian Pelajar, http// e-psikologi.com, diakses 20 Mei 2008.
Suyatno., Bagong, Memahami Remaja Dari Berbagai Perspektif Kajian Sosiologis, http://bkkbn.go.id, diakses 20 Mei 2008.
Langganan:
Postingan (Atom)